Versi Rapi
Salam Merdeka dari Puncak Anjani

Beberapa hari setelah lebaran kemaren saya akhirnya naik juga ke Rinjani. Agak nggak percaya juga sih bisa secepat ini dapet kesempatan ke sana. Sebenernya waktu ke Lombok beberapa bulan yang lalu saya sudah sempat mikir, suatu hari bakal menyisihkan waktu buat menaklukan puncak Rinjani, yang waktu itu cuman bisa saya lihat dari kejauhan. Tapi nggak secepat ini. Eh ternyata kemarin dapet ajakan untuk naik, yasudah sekalian saja menuntaskan keinginan tersebut.



Secara umum sih ada 3 jalur yang bisa ditempuh untuk naik ke puncak. Jalur Sembalun, jalur Senaru, dan jalur Torean. Sebenernya jalur yang terakhir itu bukanlah jalur resmi pendakian, karena kondisi tracknya yang terlalu ekstrem. Jalur yang paling umum adalah start dari Sembalun, dan finish di Senaru. Namun jika menginginkan tantangan yang lebih, bisa mencoba sebaliknya, naik dari Senaru dan turun lewat Sembalun. Bedanya, tanjakannya terasa jauh lebih berat jika start dari Senaru.

Sekitar pukul 8 pagi kami sudah berada di pos pemantau TN Gunung Rinjani untuk melaporkan pendakian kami. Malam sebelumnya kami menginap di rumah porter yang kami sewa, jadi kami bisa start pagi-pagi sekali. Dari pos pemantau, sesuai saran porter, kami menyewa mobil offroad yang mau mengantarkan agak jauh ke kaki bukit. Lumayan, dengan membayar seharga 70ribu kami bisa menghemat waktu jalan kaki selama kurang lebih 3 jam :D



Mobil berhenti di tengah-tengah savana luas yang berbukit-bukit. Sampai di sini mobil sudah harus berhenti karena sudah nggak ada jalan lagi. Pendakian pun dimulai. Kami lumayan kaget juga melihat banyaknya orang yang mendaki pada hari itu. Ternyata nggak cuma kami yang rela meninggalkan nyamannya libur lebaran demi menaklukkan puncak gunung terindah di Asia Tenggara itu.

Medan pertama yang harus ditaklukkan adalah padang savana yang sangat luas. Padang savana ini sendiri dibagi menjadi 3 area, yang masing-masing ditandai dengan sebuah pos peristirahatan. Dari titik kami saat itu ke pos 1 memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan. Lalu dari pos 1 ke pos 2 berjarak sekitar 1 jam perjalanan. Sementara pos 2 ke pos 3 berjarak 2 jam perjalanan.



Kami sampai di pos 3 sekitar pukul 3 lewat 15 sore. Sebenernya, menurut porter, lewat dari jam 3 sore kami nggak boleh melanjutkan perjalanan, dan harus ngecamp di sana. Karena setelah pos 3 medannya akan menjadi jauh lebih berat, dan terlalu berbahaya untuk jalan malam. Lagipula, saat itu sedang terjadi kebakaran hutan yang menghalangi jalan menuju ke puncak. Tapi karena waktu itu kami berpikir cuma telat 15 menit dari pukul 3, akhirnya kami ngotot untuk melanjutkan perjalanan, agar bisa segera sampai di puncak. Keputusan yang nantinya akan kami sesali :))

Medan kedua setelah savana adalah Bukit Penyesalan. Iya, bukit ini memang dinamakan demikian karena biasanya memang di bukit inilah biasanya muncul rasa menyesal naik ke Rinjani. Wajar saja, Bukit Penyesalan ini sendiri merupakan tumpukan dari tujuh buah bukit curam yang terus menanjak, seolah tanpa ujung. Jauh berbeda dengan bukit-bukit kecil di savana sebelumnya, di Bukit Penyesalan ini kita harus melalui setapak licin berdebu dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Nggak jarang pula kita harus jatuh bangun karena terpeleset oleh kerikil lepas.




Baru beberapa saat berjalan, kami menemui kebakaran yang membuat jalan kami melambat. Akhirnya hari pun mulai gelap dan kami kemalaman di jalan. Dan benar saja, sang bukit pun menunjukkan magisnya, kami merasa menyesal kenapa harus memaksakan diri naik ke bukit ini pada sore hari -__-
Mendaki di dalam gelap itu sangat-sangat melelahkan, percaya deh. Dengan tenaga yang sudah terkuras seharian, kami harus mencari-cari setapak yang nggak licin dan cukup kuat untuk dipijak. Bahkan sampai harus setengah merayap ke atas. Dan semua itu dilakukan pada pukul 9 malam dengan kondisi yang super gelap dan dingin.  Baru melewati 3 bukit kami sudah menyesal. Mau turun ke pos 3, sudah terlalu jauh. Tapi untuk naik ke puncak, masih ada 4 bukit lagi -_-

Well, pukul 11 malam akhirnya penderitaan itu terlewati juga. Kami sampai di sebuah dataran dimana kami bisa mendirikan camp. Plawangan Bayangan namanya. Sebenernya, normalnya para pendaki mendirikan camp di Plawangan Sembalun, yang notabene masih satu bukit lagi. Tapi berhubung kondisi kami sudah babak belur begitu akhirnya kami mendirikan tenda di tempat itu, walalupun di tempat itu sama sekali nggak ada sumber air. Itu artinya kami nggak makan malam, karena nggak bisa masak. Air minum yang tinggal sedikit terlalu berharga untuk dimasak.


Pada akhirnya semua penderitaan itu terbayar, sih. Besok paginya kami baru sadar, kami ngecamp di tempat yang sangat indah. Kami berada di antara 2 tebing, dimana satu sisi tebing menghadap ke padang savana yang kami lewati kemarin. Dan sisi tebing lainnya menghadap ke danau.





Hari kedua kami sama sekali nggak melakukan apa-apa. Harusnya sih kami melakukan Summit Attack tengah malam tadi, tapi berhubung nggak ada yang kebangun, pada tepar, jadi kami terpaksa untuk melakukannya pada malam selanjutnya. Sementara hari itu kami hanya berpindah camp dari Plawangan Bayangan ke Plawangan Sembalun. Di Plawangan Sembalun inilah harusnya para pendaki mendirikan camp, karena lebih dekat dengan sumber air.Dan ternyata memang momen tujuhbelasan merupakan salah satu momen paling ramai di atas sini. Saat kami sampai di sana, sudah terlihat puluhan tenda yang berdiri sejak hari sebelumnya.


Dari Plawangan Sembalun, puncak sang Dewi Anjani sudah terlihat dengan jelas. Tapi jangan salah sangka, terlihat jelas bukan berarti dekat. Masih ada 5 jam perjalanan berat yang harus ditempuh untuk sampai di puncak. Dan itu harus dilakukan pada pukul 1 dini hari, agar dapat sampai di puncak tepat pada saat matahari terbit.


Pukul 7 malam kami sudah masuk ke tenda untuk tidur sejenak sebelum melakukan Summit Attack. Untungnya cuaca malam itu sedang bagus-bagusnya, jadi sambil tiduran kami dapat melihat bintang-bintang yang bertebaran memnuhi langit malam yang gelap.

Well then, good night..
Wednesday, August 28, 2013
No comments :

Post a Comment