Versi Rapi
Rinjani Summit Attack

Itu dia puncak yang harus kami taklukkan malam ini. Kelihatan deket? Nyatanya enggak. Untuk standar anak rumahan seperti gue, mungkin ini salah satu tantangan fisik paling menantang yang pernah pernah gue hadapi. Sebenernya, walau bagaimanapun, kalo dilihat dengan mata sih rasanya nggak ada yang salah dengan jaraknya, atau kondisi jalannya. Perkiraan saya, paling cuma 4 atau 5 kilometer. Dengan kondisi normal sih jarak segitu nggak bisa dibilang jauh-jauh amat.  Tapi beda cerita kalo dijalani pada tengah malam gelap dengan suhu udara yang dingin mengigit, dengan kondisi jalan yang terus menanjak dengan curam diantara dua tebing, serta tiupan angin yang keras dan berpijak pada batu-batu lepas yang siap membenamkan kaki kita sedalam 15cm.




Dan pada akhirnya, perjalanan saya nggak cukup cepat untuk sampai di puncak tepat pada waktunya. Gara-gara kelelahandi hari-hari sebelumnya mungkin. Padahal kami berangkat sekitar pukul setengah dua dini hari, tapi saya masih lumayan jauh dari puncak ketika sunrise tiba.


Well, sisi baiknya saya jadi sempat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan sambil berfoto-foto karena sudah mulai terang. Setengah perjalanan pertama, kondisi jalannya masih manusiawi. Masih sebanding lah sama kondisi jalan di Bukit Penyesalan kemarin, cuma bedanya kami kini berjalan di antara dua tebing, di atas awan.


Nah, setengah jalan setelahnya, tantangan dimulai. Kondisi jalan yang dipenuhi dengan batu-batu lepas membuat kecepatan jalan menjadi sangat lambat. Belum lagi dengan tenaga yang sudah habis terkuras, lapar, dan persediaan air minum yang mulai menipis. Untuk setiap 5 langkah yang ditempuh dengan sangat hati-hati, saya harus berhenti untuk mengambil nafas, dan merelakan untuk kehilangan satu langkah karena selalu merosot ke bawah -__-




Dan satu yang pasti, nggak usah sering-sering melihat ke belakang. Karena kamu nggak akan percaya dengan apa yang barusan kamu lewati -_- Well, kadang ada rasa takut juga melihat ke sekeliling. Kadang muncul rasa ingin menyerah saja dan turun kembali ke basecamp. Bener-bener ujian mental yang kerasa banget. Untungnya saat itu orang sedang ramai-ramainya, jadi menambah semangat untuk sampai ke puncak. Nggak bayangin deh seandainya nggak ada orang lain di sana. Mungkin saya nggak akan berani jalan sampai ke puncak.






Lihat deh foto di bawah. Puncaknya kelihatan deket banget kan? Percaya deh, masih ada satu jam sendiri sebelum sampai di puncak. Fyuhh..


Sekitar pukul setengah delapan pagi akhirnya sampai juga kami di puncak. Saat itu terjawab kenapa perjalanan terasa begitu berat. Kami berada di atas langit. Literally.



Esok paginya, kami baru sadar kalau perbekalan makanan kami sudah nggak cukup lagi. Padahal seharusnya setelah Summit Attack masih ada perjalanan turun ke danau Segara Anakan yang memakan waktu satu hari sendiri. Well, mau nggak mau pagi itu juga kami turun gunung.


Seperti naiknya, turun pun bukan pekerjaan yang mudah. Dengan susah payah akhirnya kami sampai kembali ke Sembalun pada saat hari sudah gelap.

Gimana? Masih pengen ke Rinjani? :D
Thursday, August 29, 2013
1 comment :
  1. Bro, tulisannya bagus-bagus, boleh minta no hp nya? smsin ke no 08998998334


    Salam kenal, nama gw Adam.

    ReplyDelete