Versi Rapi
What You Get at Semarang in One Single Day
Kamis 14 Maret, Terminal Jepara sore hari.
"Kamu pulang ke Bali lewat Surabaya to?", tanya Mas Alex.

Iya, jika melihat itin saya (yang sudah molor 2 hari) seharusnya hari ini saya pulang ke Bali. Tapi kok rasanya gimanaa, gitu. Mungkin karena histeria yang masih menanjak, rasanya nggak rela menerima bahwa liburan sudah berakhir. Rasanya masih enggan mendengar kata 'pulang'.

Begitulah, tepat satu minggu sudah, sejak saya berangkat dari rumah. Setelah perjalanan yang nggak direncanakan ke Kota Jogja, dan akhirnya berhasil sampai tujuan awal Karimunjawa, ternyata ada satu target lain yang belum terpenuhi. Solo travelling! Iya, seminggu ini saya belum solo travelling yang bener-bener sendirian.

Akhirnya saya jawab bertanyaan itu.

"Enggak Mas, kayaknya saya ke Semarang dulu, jalan-jalan sebentar".

Sore itu juga saya pergi ke Semarang, dan tiba di sana setelah matahari terbenam dan saat itu hujan turun dengan derasnya. Belum dapat tempat menginap, akhirnya saya berteduh di sebuah warung gerobak kecil di pinggir jalan menuju Terminal Terboyo. Warung itu milik pasangan suami istri separuh baya, yang pada akhirnya menolong saya menerobos hujan deras dengan motor dan mantel hujan mereka untuk mencari penginapan. Awalnya mereka menawarkan untuk tidur di warung mereka, tapi badan rasanya udah lengket aja pengen mandi. Well, skip that. Terlalu panjang untuk diceritakan. Lagipula saya cuma pengen bercerita tentang hal-hal yang bisa dilihat di Kota Semarang dalam waktu satu hari :D

Jumat 15 Maret, 2 Km dari Pusat Kota Semarang. Pagi-pagi saya berdiri di depan cermin, sedikit takjub. Kulit saya item kaya orang India -__- Satu fakta lagi saya dapat: jangan repor-repot bawa sunblock kalau mau snorkling di bawah terik matahari. Sama sekali useless. Pulang-pulang saya tetap hitam legam karena tanning yang nggak disengaja.

Di Semarang, penginapan saya terletak persis di depan Masjid Agung Kauman. Sebenarnya untuk penginapan murah di bawah 80 ribu di Semarang, daerah di sekitar Stasiun Poncol lah surganya. Hampir setiap 200 meter ada penginapan. Tapi berhubung saya dapet hot deal (baca: kamar sisa) seharga 25 ribu rupiah semalam, akhirnya saya pilih penginapan di daerah Johar ini.

By the way, bus Trans Semarang sucks. Penempatan haltenya banyak yg ngaco. Haltenya jauh-jauh banget, antara pool Terminal Terboyo dan halte Tugu Muda cuma ada 1 halte. Padahal jaraknya berkilo-kilometer. Musti jalan 3 kilometer dulu gitu, untuk naik busnya? Helloooww.. Trus kadang masukin penumpang nggak di halte. Males merapat ke halte, bus cuma merapat ke trotoar, kemudian penumpang masuk lewat pintu depan. Ngaco. Halte juga ala kadarnya, mirip halte bus biasa. Mau transit-transit dan pindah koridor susahnya minta ampun. Rapid Transit apaan, bener-bener nggak niat.

Okay, get to the point. This is what I get at Semarang in one single day.



(Sebagian gambarnya nyolong di Wikipedia sama Yogyes. Saya kurang suka foto-foto sih, saat wisata kota)

1. Masjid Agung Kauman


 Nyomot dari Wikipedia

Tempat pertama yang saya singgahi, karena lokasinya yang sangat dekat dengan penginapan. Masjid Agung Kauman merupakan masjid tertua di Semarang. Dibangun pada masa penjajahan Belanda, tahun 1749. Mesjid ini masih memiliki gaya bangunan tua yang khas, yang dijaga dengan baik. Nggak banyak yang bisa dilihat di sini. Namun jika anda termasuk penikmat arsitektur bangunan kuno, cukup menarik melihat ornamen-ornamen dan ukiran-ukiran dengan gaya kuno di sini.




2. Kompleks Kota Lama





Berjalan kaki sekitar 500 meter dari Masjid Agung Kauman ke arah timur laut, sampailah saya di Kawasan Kota Lama Semarang. Kompleks Kota Lama ini berisikan bangunan-bangunan peninggalan jaman penjajahan Belanda yang masih berdiri hingga sekarang. Bangunan-bangunan itu pun masih digunakan layaknya bangunan biasa. Mirip-mirip dengan Kota Tua-nya Jakarta lah. Hanya saja, di sini bangunan-bangunannya masih kurang terawat. Nggak seperti kawasan Kota Tua Jakarta yang sudah rapi dan bersih, bangunan-bangunan di sini seolah-olah dibiarkan apa adanya. Cat-cat dinding yang mengelupas, tembok-tembok lembab kekuningan dan ditumbuhi jamur, dan lorong-lorong yang beralih fungsi menjadi pasar, tempat jualan ayam, membuat suasana Kota Lama ini kurang nyaman digunakan sebagai tujuan wisata. Belum lagi lalu lintas yang lumayan semrawut. Sebenarnya tempat ini penuh potensi untuk mengundang pengunjung datang kemari jika digarap secara serius. Tapi sayangnya pemerintah daerahnya seperti setengah hati melakukannya.

Setelah kecewa dengan pelayanan bus Trans Semarang, sekarang ditambah lagi dengan kekecewaan melihat kondisi Kota Lama ini. Jadi kepikiran, ngapain aja sih kerjaan pemkot di sini? Hal-hal penting macam ini malah nggak diperhatikan. Bahkan saya yang baru beberapa jam berada di Semarang pun langsung menyadari hal-hal itu.


Gereja Blenduk

Satu bangunan yang wajib dikunjungi di Kawasan Kota Lama ini adalah Gereja Blenduk. Bangunan tua yang menjadi landmark Kota Lama ini memang terlihat unik dengan kubah merah dan dua menara kembarnya yang menyerupai bentuk masjid. Bangunan ini terlihat dirawat dengan baik, dengan arsitektur khas Belanda, terlihat megah bediri di pinggir jalan raya. Mungkin ini satu-satunya bangunan di kawasan Kota Lama yang benar-benar dirawat sepenuh hati.


3. Tugu Muda

 Nyomot dari Wikipedia



Monumen Tugu Muda yang ada di tengah Kota Semarang, terletak di tengah-tengah perpotongan dari lima jalan besar di Semarang, yaitu Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl Dr Sutomo, Jl Pandanaran, dan Jl Sugiopranoto. Barusan lihat di Google Maps :p. Sekitar 10 menit naik becak dari kawasan Kota Lama, atau 20 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki. Di daerah ini terdapat beberapa spot yang menarik, yaitu Monumen Tugu Muda, Museum Mandala Bhakti, dan Lawang Sewu. Monumen Tugu Muda sendiri berdiri di semacam alun-alun kecil berbentuk melingkar di tengah-tengah persimpangan kelima jalan besar tadi. Tempatnya cukup nyaman untuk duduk-duduk nongkrong bersama teman-teman, terutama pada malam hari.

Sementara Museum Perjuangan Mandala Bhakti adalah museum milik TNI yang menyimpan koleksi data, informasi, dan benda-benda persenjataan dari jaman dulu sampai sekarang. Gitu sih kata Wikipedia. Dari luar, bangunan museum sendiri terlihat lumayan unik, karena memang (lagi-lagi) didirikan oleh penjajah Belanda. Saya sendiri nggak masuk ke museum karena kurang tertarik. Cukup lah baca reviewnya di internet :D

Di sisi yang berlawanan dari Museum, terlihat sebuah bangunan kuno yang bernama Lawang Sewu. Untuk bangunan yang satu ini saya skip dulu, karena memang rencananya baru akan kesana malam nanti.


4. Klenteng Sam Po Kong






Sama seperti bangunan-bangunan sebelumnya, klenteng ini juga merupakan bangunan jaman penjajahan. Atau malah lebih tua dari bangunan-bangunan di Kota Lama., karena membaca sejarahnya awal didirikannya Klenteng ini adalah saat jaman-jaman kerajaan. Lumayan menarik, berasa di China :D Sayang bagian dalam Klenteng ini tertutup dan hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang hendak berdoa.


5. Simpang Lima

Sepertinya inilah pusat kota Semarang. Di sini terdapat alun-alun, Mesjid Agung Semarang, Mall-mall, dan pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Semarang. Sayangnya saya agak bingung, oleh-oleh khas Kota Semarang apaan yah. Selain lumpia dan tahu gimbal.


6. Lawang Sewu


Lawang sewu adalah..... apa yah, hehe. Sebuah bangunan peninggalan jaman Belanda yang unik, di tengah Kota Semarang. Lawang Sewu adalah salah satu tujuan wisata yang lumayan terkenal. Saat ini sih bangunan itu belum berfungsi apa-apa selain sebagai objek wisata. Kita bisa mengunjungi Lawang Sewu ini pada siang hari ataupun malam hari. Sebenarnya ada perbedaan besar di antara keduanya. Di siang hari kita bisa menikmati arsitektur megah dari bangunan tersebut, dengan pintu-pintu dan pilar-pilar yang sangat banyak, serta sudut-sudut ruangan dan ornamen-ornamen khas gedung tua yang tampak jelas. Sedangkan di malam hari, kita bisa menikmati bangunan tersebut dipenuhi lampu-lampu bercahaya kuning temaram di setiap sudut dan lorong. Menambah suasana mistis yang terasa di dalam bangunan yang pernah dijadikan penjara bawah tanah dan tempat eksekusi mati oleh tentara Jepang tersebut. Memang, selain terkenal karena keindahan arsitektur bangunannya, Lawang Sewu juga terkenal karena tempatnya yang angker dengan berbagai cerita mistis.

Karena itulah saya memutuskan untuk mengunjungi Lawang Sewu pada malam hari.
Pada saat memasuki pekarangan gedung, kita diwajibkan membayar Rp. 10ribu untuk tiket masuk, plus Rp 30ribu untuk guide pengantar. Karena saya cuma seorang diri, akhirnya saya memutuskan untuk mencari teman sharing cost di antara para pengunjung yang ada, untuk patungan membayar guide. Lumayan menghemat beberapa puluh ribu :D




Kenapa disebut lawang sewu, karena memang pintunya banyak banget. Di sini saya lumayan banyak jepret-jepret foto, karena memang tempatnya lumayan bikin penasaran untuk difoto :p




Well, thats all. Cuman itu yang saya dapat selama keliling-keliling Kota Semarang dalam sehari. Menurut saya sih not too good sebagai tujuan wisata utama, tapi Kota Semarang ini lumayan worthed dikunjungi jika kebetulan lewat. Sebenarnya masih ada beberapa tujuan lain di sekitar Karasidenan Semarang ini, seperti Pantai Marina, Candi Gedong Songo, dan Rawa Pening. Tapi karena letaknya jauh dari Kota Semarang sendiri, jadi saya putuskan untuk menskip tempat-tempat itu.
Thursday, March 28, 2013
No comments :

Post a Comment