Versi Rapi
Being a (Half) Solo Traveler part 4
Selasa 12 Maret, Jepara lagi, hari kelima. Nggak kerasa sudah lima hari sejak saya berangkat dari Bali. Pagi-pagi bangun, meriang, tenggorokan panas. Gawat, saya bahkan belum sampai tujuan utama, Karimunjawa, tapi badan sudah susah diajak kompromi. Belum lagi pakaian bersih sudah mulai menipis. Tinggal tiga lembar kaos bersih yang saya punya, termasuk kaos yang baru beli di Malioboro kemarin. Dengan segera saya bangun dari tempat tidur, mandi, dan kemudian packing. Saya menginap di Hotel Segoro, salah satu dari sedikit hotel murah di Kota Jepara. Dengan tarif termurah 110ribu, kita mendapatkan fasilitas yang lumayan. Kamar ukuran besar dengan bed queen size, televisi, dan perabotan lengkap, kamar mandi dalam, breakfast, dan fan serta teras pribadi untuk duduk-duduk di depan kamar. Di Jepara pada bulan-bulan seperti ini kita nggak butuh kamar ber-AC, karena udara terasa cukup sejuk. Worthed lah. Sayangnya nggak ada temen tidur sharing cost, padahal kondisi kamar memungkinkan banget. Sebenarnya masih ada penginapan lain yang lebih murah, yaitu Penginapan Kota Baru, yang sudah lumayan terkenal diantara para backpacker. Sayangnya semalam kamar disana sudah full booked.

Setelah breakfast, saya segera pergi ke pelabuhan, naik becak seharga 15ribu. Sampai di pelabuhan, suasananya sepiiii banget. Berbeda jauh dengan hari sabtu kemarin, ketika saya pertama kali kesini. Jam menunjukkan pukul 07:30 pagi, dan hampir nggak ada orang sama sekali selain tukang becak dan dagang es keliling. Warung-warung pun belum buka. Sambil menunggu loket buka jam 08:00, akhirnya saya ngobrol-ngobrol sama tukang es keliling yang lagi istirahat.

"Pagi pak" sapaku sambil tersenyum basa-basi.
"Pagi dik. Mau nyebrang ya?" katanya.
"Iya pak, kemarin ketinggalan kapal", jawabku.
"Asalnya dari mana dik?"
"Dari Bali pak"
"Wah jauh ya. Masih kuliah atau sudah kerja?" Tanyanya lagi.
"Lagi nggak kerja pak. Lagi nyari-nyari".
"Jaman sekarang cari kerja memang susah dik. Saya aja tiap hari jauh-jauh dari Demakan (nama daerah di pinggiran Jepara) ke sini cuma jualan es segini" katanya sambil menunjukkan barang dagangannya. Sebuah termos nasi ukuran besar yang berisi minuman beku warna-warni yang dibungkus plastik
.
"Dapetnya nggak seberapa. Belum lagi dipotong ongkos naik bis 10ribu sehari. Tapi nggak apa-apa lah, yang penting saya bersyukur hari ini saya, istri, dan dua anak saya bisa makan" ucapnya dengan menggunakan bahasa jawa.

Kemudian dia lanjut bercerita. "Jaman sekarang dik, hidup serba susah. Jaman makin modern bukannya tambah enak, tapi tambah berat. Gaya hidup sekarang makin aneh-aneh, beli pulsa, jalan-jalan, beli ini itu, butuh uang banyak".
Saya cuma bisa diam, dan sedikit ngerasa tersindir -__-

"Di sekolah anak saya pun aneh, katanya sudah ada bantuan pemerintah, sekolah gratis, tapi masih ditagih biaya ini itu. Kemarin anak saya baru selesai ujian akhir, sebentar lagi perpisahan. Memang saya bersyukur, ujian akhirnya gratis dibiayai pemerintah. Tapi pas acara perpisahan, kok malah disuruh bayar 110ribu. Katanya untuk biaya pesta perpisahan sama kenang-kenangannya. Guru-gurunya ngancam kalo belum bayar nggak boleh ikut perpisahan, dan ijazahnya nggak akan dikasih", si bapak cerita panjang lebar.

"Jangankan 110ribu dik, kalau es ini lagi sepi aja saya harus pinjam tetangga untuk makan. Lha ini kok malah dipaksa buat bayar pesta perpisahan", si bapak ngomong panjang lebar.

Dalam hati saya berpikir. Yah beginilah cerminan birokrasi di Indonesia. Korupsi sudah terlalu mengakar. Sampai guru-guru SD pun menggunakan kewenangannya untuk melakukan praktik korupsi. Negara bobrok! Manusia-manusia bobrok! Umpatku dalam hati.

Jam delapan lewat 15 menit akhirnya loket kapal cepat Bahari Express buka. Sebenarnya bukan Bahari Express sih, melainkan Cantika Express, yang menggantikan Bahari Express sejak pertengahan tahun lalu. Tapi karena nama Bahari sudah terlanjur melekat kuat di image orang-ornag, akhirnya kapal cepat ini tetap dikenal dengan nama Bahari. Setelah dapat tiket, saya menghubungi Mas Dany lagi untuk mengabarkan bahwa saya jadi menyusul. Dari Mas Dany saya dapat kabar kalau ternyata nanti saya digabung dengan grup lain, dengan leader yang bernama Mas Dona. Orang-orang baru lagi. Okay, nggak apa-apa. Itung-itung nambah kenalan.

Sekitar pukul sepuluh pagi, saya bersiap-siap untuk naik ke kapal. Saat melangkahkan kaki ke dermaga, saya sempat melihat si bapak tukang es tadi. Beliau sedang menawarkan dagangannya ke salah satu rombongan wisatawan yang juga akan menyeberang. Bapak-bapak tua berpakaian necis berama istri dan (mungkin) anaknya. Dari penampilannya, terlihat bahwa mereka orang berduit. Saya lihat mereka menolak tawaran bapak dagang es. Dengan ekspresi muka yang agak jijik, sambil mengibaskan tangan si ibu-ibu tua bilang dengan nada sedikit tinggi, "nggak, nggak, nggak!!".  Sumpah saya kesal melihat ekspresi si ibu-ibu tua terhadap bapak pedagang es! Dengan segera saya menghampiri mereka. Tepat di depan ibu-ibu tua itu saya menyodorkan sejumlah uang pada si bapak pedagang es, sambil berkata "Pak, ini disimpen buat bayar acara perpisahan anak Bapak". Sengaja saya ucapkan dengan agak keras, agar si ibu-ibu tua dan suaminya bisa mendengar. Kulirik sedikit si ibu-ibu tua dan suaminya cuma bengong ngelihatin si bapak menyalami saya dan berucap terima kasih banyak. Saya jawab "Nggak apa-apa Pak, kita saling bantu". Lagi-lagi dengan suara yang cukup keras didengar si ibu-ibu tua dan suaminya. Bukan maksud apa-apa, setidaknya dengan melihat kejadian itu mereka bisa belajar untuk lebih menghargai orang lain, terlepas status orang itu cuma pedagang es atau apapun.

 Segera saya tinggalkan mereka yang masih terbingung-bingung.

Pukul 10:30 kapal akhirnya berangkat. Di kapal saya berusaha cari temen ngobrol, untuk mengisi waktu dua jam perjalanan sebelum sampai di Karimunjawa. Akhirnya saya berkenalan dengan Mas Hadi, penduduk asli karimun. Mas Hadi juga baru pertama kali naik Bahari Express. Biasanya dia menggunakan Muria, kapal ferry biasa. Kalau naik Muria, katanya, bisa sampai 7 jam. Sementara naik Bahari cuma 2 jam. Dan kebetulan kalau punya KTP Karimun, bisa dapat potongan harga. Saya pun ngobrol-ngobrol lebih banyak dengan Mas Hadi, sampai nggak kerasa akhirnya kapal menepi juga di Pelabuhan Karimun.

Turun ke dermaga, saya mendapati suasana yang sangat-sangat sepi. Hampir nggak ada orang selain para penumpang kapal yang mulai bubar. Satu-satunya warung di pelabuhan pun sudah mulai tutup. Inikah Karimunjawa yang terkenal itu? Atau jangan-jangan saya salah masuk kapal jurusan Kangean, pulau terpencil di timur Madura? Sama sekali jauh dari ekspektasi saya.

Selama ini saya membayangkan, pertama kali menginjakkan kaki di Karimun, saya akan disambut oleh tarian-tarian penduduk lokal, di bawah pohon-pohon kelapa dengan angin yang bertiup dengan sejuk. Pantai dengan pasir putih kecoklatan dan ombaknya yang beriak-riak kecil. Kemudian banyak terlihat toko oleh-oleh dan hotel-hotel berbintang berderet sepanjang pantai. Bule setengah telanjang dimana-mana. Itulah bayangan saya tentang Karimunjawa selama ini.

Kenyataannya, yang ada hanyalah dermaga kecil tempat kapal menurunkan penumpang, dan sebuah bangunan yang sepertinya ruang tunggu yang sudah nggak terpakai, dan warung kecil yang sudah tutup. Bahkan becak, ojek, angkot, atau kendaraan lain pun sama sekali nggak tampak. Krik, dan saya di sini sendirian, tanpa ada yang menjemput, dan belum tau harus kemana. Cuma disambut oleh gapura yang bertuliskan "Selamat Datang di Karimun Jawa".

sepiii...

Saya coba mengeluarkan handphone dan menghubungi Mas Dona. And you know what, provider saya nggak ada sinyal di sini! Sekarang saya benar-benar anak hilang. Nggak tau harus kemana. Nggak bisa menghubungi siapa-siapa. Bahkan grup saya pun belum tau saya akan menyusul. Mati sudah.

Untungnya ada dewa penolong yang datang. Mas Hadi, orang yang tadi saya ajak ngobrol di kapal, mendekati saya. Dia sedang menunggu jemputan. Mengetahui masalah saya, dia berbaik hati meminjamkan handphonenya. Yay! Dia memakai provider berbeda, lebih bonafid dari punya saya, jadi masih dapat sinyal. Sambil mengutuk provider saya, akhirnya saya menelepon Mas Dany untuk meminta petunjuk berikutnya. Dapatlah saya nama penginapan tempat grup Mas Dona menginap. Rumahnya Pak Ajibin. Tanya aja sama penduduk sekitar, semua pasti tau yang namanya Pak Ajibin, kata Mas Dany.

Jalan kaki saya ke rumah Pak Ajibin yang lumayan jauh dari pelabuhan. Sepanjang jalan utama yang ukurannya nggak seberapa itu, masih terlihat banyak rawa dan semak bakau. Bener-bener belum terjamah peradaban.



Warganya pun ramah2. Sepanjang jalan saya pasang senyum ke orang-orang yg dilewatin. ada yang balas senyum, ada yang menyapa basa-basi, dan ada juga yang nyeletuk "jangan tersesat lho mas", "capek istirahat dulu", "mampir dulu mas", dan lain-lain.

Setelah berjalan kurang lebih 1 km dan sampai di rumah Pak Ajib, saya langsung dibuatin es kelapa asli sama Ibu Ajibin. Ini baru es kelapa, beda banget sama yang di Borobudur! Berasa di Hawaii, sejuuk. Ini yang namanya pelayanan bintang lima!

Ngobrol-ngobrol sebentar sama Bu Ajibin, katanya grupnya Mas Dona sudah jalan ke pulau lain, mungkin nggak ada sinyal di sana. Yah akhirnya saya terpaksa nungguin mereka balik sambil jalan-jalan sekitar rumah.

Ga berapa lama Bu Ajibin datang lagi, ngajakin jalan ke tetangganya yang juga punya penginapan. Berkah Illahi, itu nama penginapannya. Dikasih kamar, biar bisa istirahat, katanya. Trus ditemenin ngobrol, bahas warga sini yang (emang) baik-baik, saling tolong-menolong. Tentang anak-anak grup yang sering kejebak di sini karena cuaca buruk, sampai kehabisan uang, dan akhirnya dikasih makan dan penginapan gratisan.. Dari Ibu Ajibin juga saya tau kalo kapal Bahari cuma kuat menembus ombak dengan tinggi sekitar 1,5 meter, sementara kapal Muria sampai 4 meter. Rencananya tahun 2014 juga bakal ada bandara dengan penerbangan reguler ke Karimunjawa, sementara sekarang cuma ada bandara privat milik Kurakura Resort.

Bu Yeni, pemilik penginapan Berkah Illahi juga ramah bangett. Beliau aslinya dari Salatiga, tapi sejak tahun 2002 sudah bolak-balik liburan ke Karimun dan seluruh pantai utara di jawa. Dan akhirnya 4 tahun yg lalu beliau sekeluarga pindah ke Karimun. Alasan klisenya adalah karena anak kelas 6 SDnya berhasil jadi Juara 2 di sekolah, dan minta hadiah pindah ke Karimunjawa -___- Bener2 keluarga petualang.

Merisa ngeLINE, dia udah di Malang. Semalem katanya kemaleman di Surabaya, nggak dapat bis ke Malang. Good, itu baru murid saya :p


Pukul 17:30 akhirnya rombongan Mas Dona balik dari jalan-jalan. Segera saya menghadap si leader, berkenalan dengan anggota grup, dan kemudian ngobrol-ngobrol sampai malam.

Satu hal yg gue kurang suka dari travelling sendiri, nyari makan malam sendiri. Okay ini resikonya. Di alun-alun Karimun saya beli cumi bakar ukuran super besar buat sendiri, harganya cuma 15 ribu :D

Oya, sinyal gprs hilang sejak sore tadi. Ini nih yg bikin solo travel jadi kerasa banget. Mati gaya sambil nunggu cumi bakar sendirian. Biasanya situasi ky gini tinggal buka ym, LINE, atau Path, sekarang sama sekali ga bisa.
Sudahlah. Mungkin sudah saatnya untuk nggak bergantung sama messenger-messenger dan social media-social media itu.

Masih bersambung.
Monday, March 25, 2013
6 comments :
  1. nice move! sampe pengen nangis di bagian tertentu tulisan ini. ternyata masih banyak orang baek ke aku. eh salah, kek kita. lho?!
    ke jatiluhur twin!

    ReplyDelete
  2. hahah lebay kali kau twin..
    ada apa di jatiluhur? :p flores aja yok..

    ReplyDelete
  3. SERIUS ini. susah gila nyari orang kek kita *lho*

    well 4 jempol buat kamu. and finally, your travel note makes me wonder. bisa ga ya, kek kamu suatu saat nanti :D

    di jatiluhur??? buanyaaak, cek aja di fb ku... ntar tak ajak berkano dah!!! flores?????? MAUUUUU BUANGEEET. tak ke bali kita nyebrang ke flores, banyak sodara di sana... gampaaaang *cuma masalah waktu*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Why cant u? Tinggal jalan aja kan :p
      Ada Zarah (yg di Supernova: Partikel) jg gak? Dia kan dari Jatiluhur juga :-))

      Delete
  4. tadinya lg cari info solo traveler... eh nyasar ke blog ini... seru bang, part 4 nya ditunggu...

    ReplyDelete
  5. thanks udah mampir :) udah ada kok part-part selanjutnya, sampai selesai. cek aja di posting-posting saya yang lebih baru :D

    ReplyDelete