Sugar Box
Kalo gak salah beberapa hari yang lalu gue sempet denger sepintas Farah bilang,
"Tiga minggu lagi, ketika kita duduk sendirian di kamar, baca-baca sugarbox ini, pasti bakal terharu, kangen sama masa-masa sekarang".
Tapi realistis aja, who the hell in this earth would wait for 3 weeks to open their sugarbox!
Sekitar jam 9 malem kemaren akhirnya gue sampai rumah lagi. Sebelumya selama lebih dari 3 minggu gue tinggal di salah satu lembaga pendidikan polisi di pinggiran Kota Bandung, dalam rangka diklat prajabatan.
Dan ketika selama 3 minggu lo hidup dengan orang-orang yang sama, tidur berjejer-jejer macam ikan asin di barak yang sama, bangun jam 4 pagi dan melihat wajah-wajah yang sama, makan berhadap-hadapan dengan manusia-manusia yang sama, apel 5 kali sehari, baris-berbaris, masuk kelas dari jam setengah 8 pagi sampai jam 9 malam, olahraga melintasi sawah, ngelaundry, jajan, pesiar, ngemall, dan ngobrol di kantin sampai jam 11 malam dengan orang-orang yang sama, yang cuman bisa pisah ketika kita masuk kamar mandi, bisa dipastikan lo bakal susah move on, bakal kerasa ada yang kurang ketika semuanya berakhir.
Well, di hari terakhir kami sempet curi-curi waktu buat main sugarbox pas ceramah penutupan diklat. Intinya ada 30 lembar kertas yang masing-masing berisi nama kami. Kertas-kertas itu disebarkan, dan setiap orang dari kami wajib menulis pesan, kesan, gambar, saran, cacian, makian, curhatan, kenangan, pengakuan, atau apapun, yang ditujukan pada nama yang tertulis di masing-masing kertas. Secara anonim tentunya. Dan sebelum berpisah, kertas-kertas yang sudah berisi dikembalikan pada masing-masing orang sesuai namanya.
Idealnya, tiga minggu kemudian, ketika kami semua sudah kembali ke tempat asal masing-masing, menjalani hidup masing-masing, dan mulai lupa satu sama lain, kertas-kertas itu siap membat memori kami kembali ke masa-masa itu, mengenang kembali bahwa kami pernah lebih akrab dari apapun.
But hell with that. Begitu sampai rumah dan menyadari listrik rumah mati gara-gara pulsa listrik habis karena ditinggal lama dan sudah terlalu malam untuk beli pulsa online, akhirnya gue mager di halaman belakang, nyalain lilin, laptop, dan membuka kertas sugar box gue dan baca ulang untuk kesekian kalinya. And you know what, nggak perlu waktu 3 minggu untuk terharu. Baca sugar box koplak itu di tengah suasana yang sepi gelap-gelapan di bawah bintang-bintang diterangi cahaya lilin sudah cukup buat gw untuk kangen kalian! Huhu..
"Tiga minggu lagi, ketika kita duduk sendirian di kamar, baca-baca sugarbox ini, pasti bakal terharu, kangen sama masa-masa sekarang".
Tapi realistis aja, who the hell in this earth would wait for 3 weeks to open their sugarbox!
Sekitar jam 9 malem kemaren akhirnya gue sampai rumah lagi. Sebelumya selama lebih dari 3 minggu gue tinggal di salah satu lembaga pendidikan polisi di pinggiran Kota Bandung, dalam rangka diklat prajabatan.
Dan ketika selama 3 minggu lo hidup dengan orang-orang yang sama, tidur berjejer-jejer macam ikan asin di barak yang sama, bangun jam 4 pagi dan melihat wajah-wajah yang sama, makan berhadap-hadapan dengan manusia-manusia yang sama, apel 5 kali sehari, baris-berbaris, masuk kelas dari jam setengah 8 pagi sampai jam 9 malam, olahraga melintasi sawah, ngelaundry, jajan, pesiar, ngemall, dan ngobrol di kantin sampai jam 11 malam dengan orang-orang yang sama, yang cuman bisa pisah ketika kita masuk kamar mandi, bisa dipastikan lo bakal susah move on, bakal kerasa ada yang kurang ketika semuanya berakhir.
Well, di hari terakhir kami sempet curi-curi waktu buat main sugarbox pas ceramah penutupan diklat. Intinya ada 30 lembar kertas yang masing-masing berisi nama kami. Kertas-kertas itu disebarkan, dan setiap orang dari kami wajib menulis pesan, kesan, gambar, saran, cacian, makian, curhatan, kenangan, pengakuan, atau apapun, yang ditujukan pada nama yang tertulis di masing-masing kertas. Secara anonim tentunya. Dan sebelum berpisah, kertas-kertas yang sudah berisi dikembalikan pada masing-masing orang sesuai namanya.
Idealnya, tiga minggu kemudian, ketika kami semua sudah kembali ke tempat asal masing-masing, menjalani hidup masing-masing, dan mulai lupa satu sama lain, kertas-kertas itu siap membat memori kami kembali ke masa-masa itu, mengenang kembali bahwa kami pernah lebih akrab dari apapun.
But hell with that. Begitu sampai rumah dan menyadari listrik rumah mati gara-gara pulsa listrik habis karena ditinggal lama dan sudah terlalu malam untuk beli pulsa online, akhirnya gue mager di halaman belakang, nyalain lilin, laptop, dan membuka kertas sugar box gue dan baca ulang untuk kesekian kalinya. And you know what, nggak perlu waktu 3 minggu untuk terharu. Baca sugar box koplak itu di tengah suasana yang sepi gelap-gelapan di bawah bintang-bintang diterangi cahaya lilin sudah cukup buat gw untuk kangen kalian! Huhu..
Monday, May 5, 2014
8:27 PM
Hahahahaaaa. kapok, pake lilin sesuai omongnku juga itu :))))))
ReplyDeletehaha iya doamu manjur -__-
Delete