Maaf dan Terima Kasih.
Sebenernya gue pengen bilang sesuatu ke seseorang. "Maaf" dan "Terima kasih". Tapi rasanya kok canggung ya. Ada perasaan takut kalau-kalau orang itu nggak bisa menangkap maksudnya. You know lah, dua kata tersebut memang kata-kata yang paling susah dicerna. Saking seringnya dipakai basa-basi, sampai akhirnya kehilangan makna.
Ceritanya abis dimarahin sama guru saya, gara-gara saya terlalu bego untuk jadi muridnya.
Temen saya sih sebenernya. Sebut saja meimei, bocah 19 tahun. Iya, memang usianya jauh dibawah saya, dan tampilannya seperti ABG semester 2 biasa dengan wajah cantik khas chinese, kulit putih, rambut panjang, dan style yang berkiblat dari SNSD. Walau dari luar si meimei ini terlihat seperti gadis pesolek biasa, tapi mau nggak mau gue harus mengakui, sedikit banyak jadi panutan gue dalam beberapa hal.
Jadi, gimana hebatnya si meimei ini? Well, yang pasti sih nggak banyak bocah umur 19 tahun yang punya penghasilan sendiri. Saya memang kenal meimei gara-gara internet marketing, sekitar satu setengah tahun yang lalu. Waktu itu saya lagi semangat-semangatnya belajar nyari-nyari recehan yang jatuh di jalanan, di dunia maya. Ketika kenal sama si meimei ini dan ternyata punya hobi yang sama, akhirnya saya berpikir, ada temen nih buat belajar.
Waktu itu gue belum tahu apa-apa tentang si meimei, dan walaupun sesama pemungut receh, kami nggak pernah membahas apapun tentang earning, alias jumlah receh yang didapat. Dan diapun nggak pernah mau memberi tahu setiap kali gue tanya.
Sampai suatu hari gue beranikan diri sedikit memaksa meimei untuk buka-bukaan. Agak canggung sih, tapi waktu itu gue berpikir, berapa sih receh yang bisa dikumpulkan oleh seorang bocah SMA. Kalaupun lebih besar dari saya, paling juga nggak jauh-jauh amat.
"Ayolah mei, masa sama temen seperjuangan pake rahasia-rahasiaan. Tenang aja, aku newbie banget kok. Paling juga earning km lebih gede."
Setelah beberapa kali memaksa, akhirnya meimei mau buka suara.
Dia jawab, "Okay, i'll tell u. Tapi cukup tau yang dari affiliate aja yah. And do not judge" katanya. "Bulan lalu gue withdraw 800".
Lumayan. Satu setengah kali gaji gue waktu itu. Kemudian gue tanya lagi. Pertanyaan yang kemudian saya sesali kenapa harus menanyakannya.
"Ngumpulin segitu berapa lama?"
Terpancing pertanyaan saya yang terakhir, hari itu si meimei bener-bener buka-bukaan tentang earningnya. "Gue tiap bulan withdraw kok", katanya. Dilanjutkan dengan cerita panjang lebar tentang sepak terjangnya di dunia bisnis online selama beberapa tahun belakangan. Awalnya gara-gara nggak pernah dikasih uang jajan sama ortunya selain uang biaya sekolah. Padahal dia udah ngerasa butuh ke salon, beli make-up, pakaian yg stylish, dan lain-lain, dan lain-lain. Akhirnya si meimei berusaha mencari sumber penghasilan yang masuk akal untuk seorang anak SMA. Bisnis tanpa modal satu-satunya ya internet marketing. Sampai akhirnya saat ini dia bisa mendapatkan $500 per bulan hanya dari affiliate. Kalo lagi hoki, total per bulan bisa sampai $1000, katanya. Dan rekor tertingginya pernah mendapatkan $2000 dalam satu bulan. Setelah itu saya nggak pernah dan nggak pernah mau lagi tanya-tanya tentang earning bulan ini. Kapok :))
Dan sejak saat itu gue tahu diri untuk nggak lagi memposisikan diri sebagai teman. Tapi sebagai murid. Setidaknya sebulan sekali gue bimbingan ke meimei. Dan sebulan sekali pula si bocah ngomel-ngomel melihat perkembangan saya yang nggak ada kemajuan. Sedih memang, harus dimarah-marain sama bocah. Tapi banyak hal yang bisa dipelajari dari si meimei. Pernah saya tanya, apa rahasianya bisa jago begitu. Si meimei jawab, "karena gue chinese". Haha, okay. Dia bilang, bisnis online sama saja sama bisnis real. Kuncinya cuma satu, harus tekun.
Tekun nggak cuma di bisnis, tapi mulai dari kebiasaan sehari-hari. Setiap hari meimei bangun jam setengah 5 pagi, jogging 30 menit, kemudian menyempatkan diri untuk online. Buat gue, nggak ada alasan untuk bangun sepagi itu selain untuk shalat subuh kemudian tidur lagi. Siang hari, setiap ada waktu senggang atau istirahat kuliah, dia menyempatkan diri untuk online, menulis review, atau menganalisa grafik trading. Lah saya? 20 menit di depan grafik saja sudah mual. Malam hari, dia aktif di forum, download ebook, atau bereksperimen dengan keyword tools. Tidur malam cukup 4 jam. Saya? Entah saya ngapain aja tiap malam, tau-tau sudah ketemu waktu tidur lagi.
Nggak cuma itu. Entah gimana mulainya, tanpa disadari si meimei juga mulai bawel sama hal-hal diluar masalah afiliasi atau forex. Mulai dari masalah makanan, gaya hidup sehat, dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang sepele pun si meimei nggak kalah bawel. Selalu ada aja ceramahnya tentang kalori, olahraga, konsumsi protein dan karbohidrat per hari, cuci kaki sebelum tidur, tidur tepat waktu, dan semua hal yang berhubungan dengan merawat tubuh. "Tubuh itu sama kayak barang. Kalo nggak dirawat ntar cepet rusak" katanya.
Nggak nyangka, ternyata ada ya orang yang hidup seteratur itu. Pernah suatu hari saya tanya, bagaimana caranya bisa hidup rapi seperti itu. Dan dia jawab, "selalu lihat jam. Harus tau jam berapa waktunya ngapain. Kita punya waktu 24 jam setiap hari, jangan sampai ada waktu kosong, karena waktu bukan untuk dihemat-hemat".
Dan ketika diceramahin tentang hal-hal seperti itu oleh bocah yang umurnya jauh lebih muda, rasanya jleb banget. Gimana gue yang lebih dewasa mustinya memberi contoh, ternyata gue kalah jauh.
Well, dunno how to say thanks properly to people like her. Karena mau nggak mau saya harus mengakui kalau saya banyak belajar dari dia. Rasa-rasanya kata 'thanks' saja nggak cukup untuk mewakilinya.
Dan pagi ini, berbulan-bulan sejak gue terakhir kontak sama si meimei, akhirnya sempat ngobrol lagi via messenger. Mendengarkan kebawelannya tentang bagaimana memilih niche sesuai trend yang lagi happening di twitter, saya nggak tega bilang kalau saya sudah nggak pernah lagi buka-buka clickbank atau ngikutin forex. Iya, si bocah belum tau kalo sekarang gue udah nggak tinggal di Bali lagi. Pengen rasanya bilang kalo gue udah sudah putus asa melihat 1 USD duduk nyaman di posisi Rp 12ribuan dan memutuskan untuk kembali jadi pegawai kantoran saja. Tapi mendengar si meimei bawel begini, saya jadi nggak tega bilang. Fyuhh..
Ceritanya abis dimarahin sama guru saya, gara-gara saya terlalu bego untuk jadi muridnya.
Temen saya sih sebenernya. Sebut saja meimei, bocah 19 tahun. Iya, memang usianya jauh dibawah saya, dan tampilannya seperti ABG semester 2 biasa dengan wajah cantik khas chinese, kulit putih, rambut panjang, dan style yang berkiblat dari SNSD. Walau dari luar si meimei ini terlihat seperti gadis pesolek biasa, tapi mau nggak mau gue harus mengakui, sedikit banyak jadi panutan gue dalam beberapa hal.
Jadi, gimana hebatnya si meimei ini? Well, yang pasti sih nggak banyak bocah umur 19 tahun yang punya penghasilan sendiri. Saya memang kenal meimei gara-gara internet marketing, sekitar satu setengah tahun yang lalu. Waktu itu saya lagi semangat-semangatnya belajar nyari-nyari recehan yang jatuh di jalanan, di dunia maya. Ketika kenal sama si meimei ini dan ternyata punya hobi yang sama, akhirnya saya berpikir, ada temen nih buat belajar.
Waktu itu gue belum tahu apa-apa tentang si meimei, dan walaupun sesama pemungut receh, kami nggak pernah membahas apapun tentang earning, alias jumlah receh yang didapat. Dan diapun nggak pernah mau memberi tahu setiap kali gue tanya.
Sampai suatu hari gue beranikan diri sedikit memaksa meimei untuk buka-bukaan. Agak canggung sih, tapi waktu itu gue berpikir, berapa sih receh yang bisa dikumpulkan oleh seorang bocah SMA. Kalaupun lebih besar dari saya, paling juga nggak jauh-jauh amat.
"Ayolah mei, masa sama temen seperjuangan pake rahasia-rahasiaan. Tenang aja, aku newbie banget kok. Paling juga earning km lebih gede."
Setelah beberapa kali memaksa, akhirnya meimei mau buka suara.
Dia jawab, "Okay, i'll tell u. Tapi cukup tau yang dari affiliate aja yah. And do not judge" katanya. "Bulan lalu gue withdraw 800".
Lumayan. Satu setengah kali gaji gue waktu itu. Kemudian gue tanya lagi. Pertanyaan yang kemudian saya sesali kenapa harus menanyakannya.
"Ngumpulin segitu berapa lama?"
Terpancing pertanyaan saya yang terakhir, hari itu si meimei bener-bener buka-bukaan tentang earningnya. "Gue tiap bulan withdraw kok", katanya. Dilanjutkan dengan cerita panjang lebar tentang sepak terjangnya di dunia bisnis online selama beberapa tahun belakangan. Awalnya gara-gara nggak pernah dikasih uang jajan sama ortunya selain uang biaya sekolah. Padahal dia udah ngerasa butuh ke salon, beli make-up, pakaian yg stylish, dan lain-lain, dan lain-lain. Akhirnya si meimei berusaha mencari sumber penghasilan yang masuk akal untuk seorang anak SMA. Bisnis tanpa modal satu-satunya ya internet marketing. Sampai akhirnya saat ini dia bisa mendapatkan $500 per bulan hanya dari affiliate. Kalo lagi hoki, total per bulan bisa sampai $1000, katanya. Dan rekor tertingginya pernah mendapatkan $2000 dalam satu bulan. Setelah itu saya nggak pernah dan nggak pernah mau lagi tanya-tanya tentang earning bulan ini. Kapok :))
Dan sejak saat itu gue tahu diri untuk nggak lagi memposisikan diri sebagai teman. Tapi sebagai murid. Setidaknya sebulan sekali gue bimbingan ke meimei. Dan sebulan sekali pula si bocah ngomel-ngomel melihat perkembangan saya yang nggak ada kemajuan. Sedih memang, harus dimarah-marain sama bocah. Tapi banyak hal yang bisa dipelajari dari si meimei. Pernah saya tanya, apa rahasianya bisa jago begitu. Si meimei jawab, "karena gue chinese". Haha, okay. Dia bilang, bisnis online sama saja sama bisnis real. Kuncinya cuma satu, harus tekun.
Tekun nggak cuma di bisnis, tapi mulai dari kebiasaan sehari-hari. Setiap hari meimei bangun jam setengah 5 pagi, jogging 30 menit, kemudian menyempatkan diri untuk online. Buat gue, nggak ada alasan untuk bangun sepagi itu selain untuk shalat subuh kemudian tidur lagi. Siang hari, setiap ada waktu senggang atau istirahat kuliah, dia menyempatkan diri untuk online, menulis review, atau menganalisa grafik trading. Lah saya? 20 menit di depan grafik saja sudah mual. Malam hari, dia aktif di forum, download ebook, atau bereksperimen dengan keyword tools. Tidur malam cukup 4 jam. Saya? Entah saya ngapain aja tiap malam, tau-tau sudah ketemu waktu tidur lagi.
Nggak cuma itu. Entah gimana mulainya, tanpa disadari si meimei juga mulai bawel sama hal-hal diluar masalah afiliasi atau forex. Mulai dari masalah makanan, gaya hidup sehat, dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang sepele pun si meimei nggak kalah bawel. Selalu ada aja ceramahnya tentang kalori, olahraga, konsumsi protein dan karbohidrat per hari, cuci kaki sebelum tidur, tidur tepat waktu, dan semua hal yang berhubungan dengan merawat tubuh. "Tubuh itu sama kayak barang. Kalo nggak dirawat ntar cepet rusak" katanya.
Nggak nyangka, ternyata ada ya orang yang hidup seteratur itu. Pernah suatu hari saya tanya, bagaimana caranya bisa hidup rapi seperti itu. Dan dia jawab, "selalu lihat jam. Harus tau jam berapa waktunya ngapain. Kita punya waktu 24 jam setiap hari, jangan sampai ada waktu kosong, karena waktu bukan untuk dihemat-hemat".
Dan ketika diceramahin tentang hal-hal seperti itu oleh bocah yang umurnya jauh lebih muda, rasanya jleb banget. Gimana gue yang lebih dewasa mustinya memberi contoh, ternyata gue kalah jauh.
Well, dunno how to say thanks properly to people like her. Karena mau nggak mau saya harus mengakui kalau saya banyak belajar dari dia. Rasa-rasanya kata 'thanks' saja nggak cukup untuk mewakilinya.
Dan pagi ini, berbulan-bulan sejak gue terakhir kontak sama si meimei, akhirnya sempat ngobrol lagi via messenger. Mendengarkan kebawelannya tentang bagaimana memilih niche sesuai trend yang lagi happening di twitter, saya nggak tega bilang kalau saya sudah nggak pernah lagi buka-buka clickbank atau ngikutin forex. Iya, si bocah belum tau kalo sekarang gue udah nggak tinggal di Bali lagi. Pengen rasanya bilang kalo gue udah sudah putus asa melihat 1 USD duduk nyaman di posisi Rp 12ribuan dan memutuskan untuk kembali jadi pegawai kantoran saja. Tapi mendengar si meimei bawel begini, saya jadi nggak tega bilang. Fyuhh..
Saturday, March 8, 2014
9:13 PM
Post a Comment