Versi Rapi
What You Get at Tanjung Bira Makassar in Haf a Day

 Pasirnya yang kayak tepung


Hoaahmm.. Penyakit males ngeblog gue saya kambuh lagi. Padahal posting tentang Makassar kemaren aja belom selesai. Belum lagi koneksi semarpret congex yang klaimnya unlimited ternyata sekarang sudah dibatasi pake fup (Free Usage Policy) alias batas pemakaian normal. Itu artinya untuk paket standar kita cuma bisa internetan dengan agak nyaman sampai 2GB/bulan. Setelah itu, siap-siap aja nahan diri buat nggak misuh-misuh, karena buka Google aja sering nggak konek. Kalo lagi promo aja berkoar-koar, i hate slow lah, ini itu lah. Tapi kalo ada perubahan yang merugikan konsumen, serasa disembunyikan banget. Apa sih susahnya kasih sms notifikasi kalau ada perubahan aturan paket? Sms-sms promo ngiklan yang rada spam aja bisa, masa untuk notifikasi yang penting nggak bisa. Huh.

Skip it. Langsung aja deh, berhubung di posting sebelumnya saya sudah terlanjur ngomong mau upload foto-foto di Bira, jadi biar nggak dibilang janji-janji palsu saya upload aja foto-foto ini walaupun dengan susah payah gara-gara koneksi yang nggak memadai. Intinya, ini aja nih yang saya dapat selama setengah hari di Tanjung Bira kemaren.

Sekitar jam setengah 6 pagi saya sudah mangkal di warung di tepi pantai Bira. Bira yang Tanjung Bira di Sulawesi Selatan loh ya, bukan Pulau Bira di Kepulauan Seribu. Niatnya sih mau mantengin sunrise, tapi ternyata langit lumayan mendung. Akhirnya saya cuma ngopi-ngopi sambil ngobrol basa-basi sama pemilik warung dan nelayan-nelayan di sana, dilanjut jepret-jepret foto seadanya, kemudian balik kandang untuk tidur lagi.


sunrisenya gagal


Bangun-bangun ngelihat keluar jendela, ternyata hujan! Hadeeh, waktu yang cuma setengah hari dipotong lagi buat nunggu hujan reda. Ya sudahlah. Yang penting, begitu hujan reda sekitar pukul setengah sembilan pagi kami segera keluar dari penginapan dan, byurr, langsung nyebur, hehe. Maklum sejak semalam kami sudah nggak sabar untuk mencicipi air pantai ini :D Sebenarnya cuaca nggak begitu bagus sih. Masih rada mendung, dan pasirnya juga masih basah setelah terguyur hujan tadi pagi. Tapi hal itu sama sekali nggak mengurangi indahnya pemandangan di pantai ini. Bibir pantainya yang sangat-sangat landai membuat lautnya jadi nggak berombak. Bahkan hampir nggak ada riak-riak air yang besar. Sejauh mata memandang cuma ada air laut yang tenang dan jernih, pasir pantai yang berwarna cokelat muda mendekai putih, dan dasar laut yang berwarna turquoise yang terlihat jelas. 


 TSnya pose dulu, biar ga dibilang hoax :p


Pantainya landai, perfect buat main air

Di pinggir pantai banyak terdapat kapal-kapal nelayan dan speedboat, serta banana boat yang bisa disewa. Sementara di sepanjang pantai berdiri warung-warung semi permanen tempat warga lokal berjualan. Untungnya hari itu bukan hari libur, jadi suasana di pantai ini sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung lain selain kami.


Suasana Pantai Bira


Setelah puas mencicipi pantai, kami segera mencari kapal nelayan untuk disewa. Rencananya kami akan sedikit berlayar, ke pinggiran Pulau Liukang untuk snorkling. Katanya sih spot terbaik untuk snorkling di daerah ini ada di sana. Oiya, di sekitar Tanjung Bira ini ada beberapa pulau yang bisa dikunjungi, seperti Pulau Liukang dan pulau saudara ente, alias Pulau Kambing :)) Untuk menyebrang ke pulau-pulau itu biasanya harus menyewa kapal nelayan atau speedboat. Kapal nelayan jelas pilihan yang bijak, karena selain murah, kapal nelayan juga bisa memuat sampai 8 orang. Perjalanannya juga nggak terlalu jauh, sekitar 20 menit untuk sampai di Pulau Liukang. Setelah tawar menawar dengan nelayan di sana menggunakan trik jual mahal dan sok-sokan nggak jadi nyeberang, akhirnya kami dapat harga 200ribu untuk satu kapal pulang-pergi ke Pulau Liukang. Kami sewa kapal dari Bpk Bilkih, pemilik kapal nelayan yang namanya Salamatta. Kontaknya 081253592352. Jadi kalau suatu saat anda-anda sekalian butuh kapal di Bira, atau penginapan, hubungi saja si bapak ini. Bukan promosi yaa, ini cuma ngiklan #eh.

Singkat cerita, kami menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam snorkling di pinggir Pulau Liukang. Bawah lautnya bagus, lumayan worthed untuk jadi tempat kubangan berlama-lama. Bahkan ada satu dua spot yang bagus banget, yang terumbu karangnya besar-besar dan hidup, berwarna-warni. Sekelas Karimunjawa lah..


Untuk Pulau Liukangnya sendiri kami nggak mampir, karena nggak kelihatan terlalu menarik. Dan kami juga nggak punya cukup banyak waktu untuk dihabiskan di sana. Sayangnya selama berlayar dan snorkling saya nggak berani mengeluarkan kamera, gara-gara laju kapalnya terlalu ngebut sehingga menyebabkan ombak sampai pecah berterbangan masuk ke kapal.

Kembali dari snorkling, kami sempatkan sejenak tiduran di pantai. Kami ambil posisi di sebuah spot yang terlindung di balik tanjung-tanjung kecil, sehingga nggak terlihat dari pantai. Serasa punya pantai pribadi :p Makin siang, pemandangan di pantai ini makin bagus. Lautnya makin terlihat biru jernih, dan langitnya pun membiru tajam membentang sejauh mata memandang.



Sayangnya nggak seberapa lama, kami sudah harus kembali ke penginapan.Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Rencananya satu jam lagi jadwal kami pulang ke Makassar. Sebenernya masih pengen lebih lama lagi, tapi kami rada kesian sama si supir plat kuning. Sepagian tadi sih akhirnya si spoir ikut kami mandi-mandi en snorkling. Sekalian nunggu kami balik ke Makassar katanya. Kami sih oke-oke aja, malah seneng, jadi nggak repot-repot naik pete-pete ke Bulukumba dulu. Akhirnya kami putuskan setengah dua siang balik ke Makassar.

Well, sebenarnya masih banyak spot-spot lain yang bisa dikunjungi di daerah Tanjung Bira ini. Ada Pantai Bara, Pantai Bira Timur, dan sentra pembuatan Perahu Phinisi. Tapi karena kami tahu diri, cuma punya waktu efektif setengah hari untuk menyicip Tanjung Bira ini, jadi kami ikhlaskan saja spot-spot tadi. Cukup memandangi pantai-pantai itu dari jauh saja. Next time lah ya.

Pantai Bira Timur dari kejauhan

Monday, May 6, 2013
No comments :

Post a Comment