Versi Rapi
Being a (Half) Solo Traveler


Biasanya setiap kali jalan, saya nggak pernah menulis yang namanya FR, Catper, VR, atau sebangsanya di blog ini. Selain karena males nulis panjang lebar tentang tempat-tempat yang sudah sering diceritakan orang-orang lain, saya juga sering lupa detail-detail kecil yang terjadi selama perjalanan. Tapi beberapa hari yang lalu ada seorang teman ketemu di jalan yang tanya "ada blog nggak?" dan saya cuma bisa jawab "udah jamuran nggak pernah dibuka", akhirnya saya coba memaksakan diri untuk menulis FR tentang perjalanan 11 hari saya kemarin.

First of all, saya cuma mau bilang, ini bukan FR tentang Karimunjawa, Borobudur, Ijen Crater, dan beberapa tempat lain yang saya jajah selama 11 hari. Saya yakin kalian pasti udah sering bolak-balik ke tempat-tempat di atas. Ini FR tentang bagaimana saya mulai akrab dengan istilah Solo Travelling, tentang bagaimana saya bertemu berbagai macam manusia yang berbeda-beda selama di perjalanan. Mulai dari sesama traveler yang akhirnya jadi rombongan, traveler newbie yang buta arah tapi nekat jalan, crazy traveler yang niat banget trekking Gunung Welirang sendirian, orang-orang baik hati yang memberi saya tumpangan, sampai penipu, pemalak, dan karakter-karakter unik lainnya.

Kali ini saya berangkat sendirian, iseng mencoba untuk "setengah" solo travelling. Sebelumnya sih saya masih berpikir kalau solo travelling itu membosankan, nggak seru, kayak anak ilang, bahaya, dan sebagainya, seperti yang dipikirkan kebanyakan orang. Intinya, banyak orang yang nggak ngerti dimana sih fun-nya jalan sendiri?  Tapi gara-gara rekomendasi beberapa teman yang sudah terbiasa solo travelling, mendengar cerita-cerita mereka,  saya jadi berniat ngerasain gimana sih rasanya jadi anak ilang. Yah bedanya rencana saya kali ini nggak bener-bener solo travelling, tapi bisa dibilang cuma "setengah" solo. Karena rencana awalnya di karimunjawa nanti saya bakal gabung sama grupnya mas Dany. Walau pada akhirnya melenceng jauh dari rencana.


Kamis 7 Maret, malam hari. Saya berada di pinggir jalan ByPass kota Tabanan, menunggu bus malam jurusan Denpasar-Surabaya yang kebetulan lewat. Berbekal sebuah backpack seberat kurang lebih 8-10 Kg yang berisi pakaian untuk 5 hari, dan sebuah tas gantung kecil berisi kamera dan beberapa buah lensa yang saling tumpang tindih seadanya tanpa busa peredam. Rencana sih saya cuma mau gabung open tripnya Mas Dany ke Karimunjawa selama 4 hari 3 malam. Seperti biasa, rencana dadakan yang baru dibuat sehari sebelumnya.

Itinerary saya simpel:
7 Maret   19:30 Berangkat dari Bali ke Surabaya
8 Maret   20:30 Surabaya - Jepara dengan Bus Patas
9 Maret   06:00 Berkumpul di meeting point Pelabuhan Kartini Jepara
               09:00 Berangkat ke Karimunjawa
9-12 Maret     Explore Kepulauan Karimunjawa bareng grup
12 Maret 16:00 Pulang ke Bali

Iya sesimpel itu, saya malas berlama-lama karena baru beberapa hari sebelumnya pulang dari trip 4 hari menjelajah Amed, Tulamben, dan kawan-kawan. Rasanya masih capek kalau harus berlama-lama di jalan lagi.

Setelah beberapa saat menunggu, sebuah bus jurusan Denpasar-Surabaya datang. Tawar-menawar singkat dengan kenek bus, akhirnya dapet harga 90ribu sampai Surabaya. Dengan segera saya naik bus dan memilih kursi kosong, sambil sembunyi-sembunyi memberikan uang 90 ribu ke kenek bus. Sembunyi-sembunyi, karena nggak enak dilihat oleh penumpang lain yang beli tiket secara resmi. Iya, ini ilegal, karena seharusnya bus malam nggak boleh menaikkan penumpang tanpa tiket di tengah jalan. Tapi karena kenek bus juga manusia yang butuh uang untuk menyekolahkan anak-anaknya, saya butuh tumpangan mendadak, dan bus juga masih memiliki kursi-kursi kosong yang nggak terpakai, jadiiii yasudahlah. Nggak ada yang dirugikan juga. welcome to Indonesia :D 

Perjalanan 12 jam yang membosankan pun dimulai. Nggak ada yang bisa dilakukan di dalam bus, selain memasang headset ke telinga dan memutar lagu-lagunya 2ne1. Thanks to Apple yang telah menemukan benda dengan ukuran lebih kecil dari tutup lensa namun dapat memutar file mp3 selama 48 jam. Cukuplah untuk perjalanan 5 hari tanpa perlu mengisi ulang baterai.



Jumat 8 Maret, pagi hari. Akhirnya bus memasuki Terminal Bungurasih, Surabaya. Turun dari bus, saya langsung menuju ruang tunggu terminal. Rencananya sekitar dua jam lagi tante saya menjemput untuk numpang istirahat di rumahnya. Bus tujuan Jepara baru berangkat pukul 8 malam nanti, jadi saya masih punya waktu 12 jam lebih untuk beristirahat di rumah tante. Belum ada setengah jam duduk, datang seorang laki-laki separuh baya mendekati, dan kemudian duduk di sebelah saya. Umurnya sekitar 40 tahunan, mengenakan kemeja yang lumayan rapi dan bersih, dan membawa sebuah tas besar. Kemudian si bapak membuka pembicaraan.

"Mau kemana dik?", si bapak bertanya.
"Enggak, saya baru sampai kok Pak. Numpang duduk aja di sini (ruang tunggu bus). Kalo Bapak sendiri mau kemana?"
"Saya dari Blitar dik, mau ke Bandung", jawabnya.
"Oooh" sahutku menimpali.

Saat itu saya belum berprasangka sama si bapak ini. Mungkin cari temen ngobrol, pikirku. Setelah jeda beberapa saat, si bapak mulai bercerita lagi.

"Sebenarnya kemarin saya kena musibah, dik. Kemarin di bus dari Blitar, saya dihipnotis orang. Uang saya diambil semua, handphone saya juga. Sekarang saya bingung mau pulang nggak bisa, nggak ada uang. Semalam saya tidur di sini. Mau makan harus jual jam dulu. Minum di keran kamar mandi".

Sedetik kemudian saya sadar kemana arah pembicaraan ini. Saya biarkan si bapak mengoceh sendiri, sambil pura-pura mendengarkan. Iya, penipuan dengan modus berpura-pura kecopetan dan nggak punya ongkos pulang. Dan si penipu berharap orang yang diajak bicara kasihan, lalu memberi uang. Atau pura-pura meminjam dengan janji akan dikembalikan lewat transfer. Standar. Hampir di setiap terminal atau stasiun besar selalu ada penipu dengan modus ini. Dan kali ini si bapak salah cari korban, karena saya sudah lebih dari 5 kali bertemu orang dengan modus yang mirip.

Setelah si bapak selesai cerita panjang lebar, saya cuma merespon, "Ooh gitu ya pak". Kemudian kami berdua sama-sama diam. Dan seperti yang sudah saya duga, 5 menit kemudian si bapak mengeluarkan jurus terakhirnya. Sadar saya nggak kasihan padanya, akhirnya si bapak blak-blakan bilang,
"Dik bisa pinjem uangnya untuk pulang? nanti saya kembalikan lewat transfer".
Tepat sekali perkiraan saya. Bapak ini penipu. Tanpa kata-kata lagi saya langsung pasang headset dan menyingkir dari sana, mencari kursi kosong yang lain.
Satu jam kemudian akhirnya jemputan datang juga.


Jumat 8 Maret sekitar jam 19:00 WIB. Saya lagi duduk santai sendirian di smoking room Terminal Bungurasih, melepas lelah sebentar setelah perjalanan dari rumah tante. Kenapa saya pilih di smoking room, karena ruangan dengan dinding triplek kekuningan ini adalah tempat paling privat di terminal. Orang-orang tetap saja terbiasa merokok di ruang tunggu yang harusnya bebas asap rokok, bukan di smoking room. Akibatnya, smoking room dan ruang tempat menyusui di sini cuma jadi formalitas yang selalu kosong karena nggak pernah dikunjungi orang. Bagus deh, bisa jadi tempat istirahat yang bagus. Welcome to Indonesia (lagi) -__-

Sambil menunggu jadwal keberangkatan bus Surabaya-Jepara jam 20:00 nanti, saya duduk sendirian sambil melihat orang-orang berlalu-lalang di ruang tunggu. Besok adalah hari pertama long weekend, jadi suasana terminal lumayan ramai. Banyak terlihat orang-orang menenteng koper, backpack, sampai rucksack yang tingginya sekitar 1,5 meter. Stylenya pun bermacam-macam. Ada yang berpenampilan stylish, ada yang rata-rata, dan ada juga yang berpenampilan kumel macam saya. Iseng-iseng saya mengelompokkan para traveller yang lewat sesuai dengan penampilan mereka. Traveller yang stylish: traveller yang ngaku-ngaku backpacker tapi nggak berani kotor dan nggak mau capek. Biasanya traveller begini yang  jadi korban utama para calo tiket di terminal. Traveler yang berpenampilan rata-rata: traveler yang itin-nya kurang jelas, yang penting jalan-jalan rame-rame bareng temen-temen, nyasar kemana aja nggak masalah. Traveler kumel: traveler dengan budget pas-pasan, dengan itin yang detail, dua hari nggak mandi, tidurnya di terminal.

Lagi asik-asiknya bengong, tiba-tiba satu sms masuk. Dari Mas Dany. Isinya kurang lebih begini:

"Dear All, Dikarenakan ombak tinggi, dipastikan kapal tidak berlayar esok hari. Kemungkinan akan jalan Minggu/Senin".

What the F! Gara-gara cuaca buruk di Jepara, kapal penyebrangan dari Jepara ke Karimunjawa nggak jadi berangkat sampai 3 hari ke depan. Saya sudah terlanjur melewati 400 Km perjalanan dari Bali sampai Surabaya, tinggal beberapa puluh meter dari Bus Surabaya-Jepara, dan ternyata keberangkatan kapalnya ditunda. Great! Nggak mungkin saya nginep di Surabaya dan nunggu selama 3 hari, itu terlalu melenceng dari itin dan budget. Tapi untuk pulang ke Bali dan melalui 400 Km perjalanan darat lagi rasanya nggak worthed banget. Sementara waktu sudah mendekati pukul 20:00, jadwal bis terakhir ke Jepara berangkat.

Setelah beberapa saat menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk tetap berangkat ke Jepara. Masalah sampai Jepara mau ngapain atau kemana, itu belakangan. Yang penting berangkat dulu, sambil berharap cuaca besok pagi cukup bagus untuk berlayar. Akhirnya saya berjalan ke tempat bus Surabaya - Jepara menaikkan penumpang agar bisa melihat bus datang. Ternyata busnya belum ada. Fyi, bus Surabaya-Jepara cuma berangkat 2 kali dalam sehari, yaitu Jam 08:00 pagi dan jam 20:00 malam. Pada peak season terkadang ada bus tambahan yang berangkat jam 21:00, tapi nggak setiap hari. Padahal penumpang yang menuju Jepara lumayan banyak, jadi harus datang on-time dan siap-siap rebutan naik ke dalam bus. Sebenarnya saya dapet tips untuk memastikan dapat tempat di bus, yaitu naik ke bus langsung dari tempat parkirnya, bukan menunggu di tempat menaikkan penumpang. Tapi berhubung saya malas jalan ke tempat parkir bus yang letaknya jauh di ujung terminal, akhirnya saya cukup nunggu di tempat bus menaikkan penumpang.

Saya pun menuju tempat keberangkatan bus. Dan benar saja, ternyata di tempat menunggu bus sudah banyak penumpang yang standby. Beberapa diantara mereka ada yang membawa-bawa backpack. Kalau ada seseorang membawa backpack dan naik bus jurusan Surabaya-Jepara, bisa dipastikan tujuan mereka adalah ke Karimunjawa. Ada salah satu rombongan berjumlah 3 orang, satu cowok dan dua cewek, yang tadi sempat saya lihat di ruang tunggu. Pasti mereka juga mau ke Karimunjawa, pikirku. Awalnya mau saya samperin untuk bertanya tentang kabar kapal yang nggak jadi berangkat. Tapi tiba-tiba ada sms masuk.
"Posisi dimana? Kapalnya nggak berangkat, udah tau blm? Tapi kami tetep berangkat ke Jepara".
Sms dari Mas Alex, temen satu grup yang juga berangkat dari Surabaya. Kalau jadi berangkat, harusnya dia juga berada di sekitar sini. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ketemu juga sama Mas Alex dan istrinya, Mbak Icha. Mereka sedang duduk-duduk di pojokan di ujung tangga.
"Jadi gimana? Tetep berangkat kan?" tanya Mas Alex.
"Iyalah Mas, masa mau balik ke Bali lagi" jawabku.
"Bagus, bagus. Nanti kita cari penginapan di sana. Kalau perlu, kita sewa kapal nelayan. Gimanapun caranya pokoknya harus sampai Karimun!" kata Mas Alex bersemangat.
Okay, setidaknya di Jepara nanti saya ada temennya, pikirku dalam hati.

Kamipun ngobrol sambil menunggu bus datang. Ternyata Mas Alex sudah menelepon pihak bus dan memesan dua kursi kosong untuk dia dan istrinya. Katanya bus sering penuh walaupun baru datang. Karena memang banyak yang sudah naik dari tempat parkir bus di pojokan terminal. Dan mereka nggak memesankan kursi buat saya karena belum tau saya jadi berangkat atau tidak. saya sedikit nyesel, kenapa tadi nggak naik dari tempat parkir bus saja. Dan benar saja, ketika bus akhirnya datang, terlihat sudah banyak penumpang di dalam bus. Untungnya busnya berhenti nggak jauh dari tempat kami duduk, dan pintunya terbuka tepat di dekat kami. Akhirnya dengan mudah saya masuk bus dan mencari tempat duduk kosong di bagian belakang bus. Begitu ketemu kursi yang kosong, langsung saja kusambar, cepat-cepat kududuki. Di sebelah sudah ada seorang cowok yang duduk. Sepertinya sih rombongan 1 cowok dan 2 cewek yang tadi saya lihat di ruang tunggu. Saya pun berkenalan dengan si cowok. Dan benar dugaan saya, tujuan mereka juga sama dengan saya. Karimunjawa. Bagus deh, dapet teman senasib. Hehe.

Bersambung.
Tuesday, March 19, 2013
No comments :

Post a Comment