Midnight Coffee, Cant Go, dan Cant Leave
Beberapa hari terakhir kebiasaan itu muncul lagi. Yah, ngemil sambil minum secangkir kopi panas di tengah malam. Buka jendela kamar lebar-lebar, duduk sambil bengong di atas kasur, menghadap jendela menikmati bintang-bintang dan angin malam, serta lepi yang menyala cuman untuk sekedar setor muka di ym.
Dan satu pesan masuk:
"mas. aku sakit lagi"
Aku bales dengan reaksi normal:
"woo, dah ke dokter?"
Kemudian pesan masuk berturut-turut, seperti yang sudah beribu-ribu kali terjadi:
"inget kn, klo ud berantem n nangis2 aku pasti sakit"
"ini aku ud semingguan didiemin sama ***"
"ga ada kabar"
"tau2 ngilang aja, dicuekin"
" pernah dy ngangkat (telp) soalnya ga kenal nomernya"
"abis itu ga mw angkat lg"
.
.
.
"aku bingung"
"no explanation"
Dan untuk beribu-ribu kalinya pula, aku hanya berkomentar tentang masalah ikhlas, merelakan, dan pasrah:
"iya, ngerti"
"km baru 22 tauuun, masi bisa kenal banyak orang"
Seperti yang sudah kuduga, dia jawab:
"mas. i just cant."
Aku bilang:
"cant what?"
Dia:
"cant go"
"cant leave"
Sayangnya dia keburu pamitan sebelum aku sempat bilang "semoga cepet sembuh".
Kadang aku ngga bisa mengerti. Saat dia ucapkan kalimat pertama, "aku sakit lagi", aku langsung kepikiran. Dia cewe, baru sekitar 22 tahun, bekerja, hidup di perantauan, sendirian, dan sakit. Bahkan aku yang bukan siapa-siapa pun merasa cemas, khawatir akan keadaannya. Bagaimana bisa orang yang katanya sayang, ternyata lebih memilih nyuekin, membiarkan dia sendirian, dalam keadaan sakit! Bahkan saat sedang marah pun ia tak pantas melakukan itu.
Dan keadaan itu diperparah dengan kata-kata terakhir si cewe, "cant go", "cant leave". Setengah hatiku bilang "hey! go back to reality!!" (dan setengahnya lagi bilang "yess, aku dapat teman senasib!" LOL)
Saat itu juga aku ingat satu cerita (plus lirik lagu) dari Rectoverso (lagi? haha, dah kaya promosi aja). Liriknya kira2 gini:
sahabatku, usai tawa ini izinkan aku bercerita
telah jauh ku mendaki
sesak udara di atas puncak khayalan
jangan sampai kau disana
telah jauh ku terjatuh
pedihnya luka di dasar jurang kecewa
dan sampailah ku disini
dst dst dst
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya
kala ku terbaring sakit
dst dst dst
jangan bilang lagi itu terlalu tinggi..
Dan ceritanya kira-kira mirip dengan si cewe di atas:
Seorang cewek, rada idealis masalah lope-lope, sudah 5 tahun jadian sama seorang cowok tampan, pintar, dan punya segalanya kecuali satu: perhatian. Ya, tak ada perhatian, tak pernah ada saat si cewe butuh. Dan selama 5 tahun pula si cewe berusaha bertahan dan berkata macem "cant go" dan "cant leave" tadi. Si cewe selalu berusaha positive thinking, berpikir betapa beruntung punya cowo lengkap seperti itu. Seolah-olah buta, padahal jelas-jelas si cowo parah abis.
Sampai suatu hari, ada satu kejadian yang membuat dia melek.
Suatu hari cewek ini sakit. Sendirian, terbaring sakit di kamarnya. Ia merasa sangat haus dan ingin mengambil segelas air. Tapi tubuhnya lemas, terlalu lemas
untuk bangun, padahal ia hanya ingin mengambil air minum.
Dan tak ada siapa-siapa yang bisa dimintai tolong..
Saat itu seketika ia menyadari. Dia tak butuh cowo itu. Yang ia butuhkan adalah seseorang di sana, dengan segelas air putih. Orang yang selalu ada saat ia terbaring sakit.
Akhirnya ia sadar, orang ia inginkan adalah seorang yang biasa saja. Yang nggak perlu punya segalanya. Hanya seseorang yang begitu tahu ia sakit, mau jam berapapun, langsung datang..
Aku suka pertanyaan si cewe di cerita itu: "keinginan itu, nggak ketinggian, kan?"
Yah, memang terlalu naif kalo menganalogikan curcol ym tadi dengan cerita ini. Tapi setidaknya cerita itu cukup bagus buat bahan pertimbangan (dan menambah keberanian) utuk bilang "I can go" dan "I can leave"..
Fyuhh, nothing, emang gampang banget nasihatin kalo orang lain yang kena masalah. Padahal aslinya gue juga sama aja, yang kubutuhkan tuh cuman segelas air putih, itu aja, bukan secangkir kopi panas yang bikin ga bisa tidur, ergh..
Dan satu pesan masuk:
"mas. aku sakit lagi"
Aku bales dengan reaksi normal:
"woo, dah ke dokter?"
Kemudian pesan masuk berturut-turut, seperti yang sudah beribu-ribu kali terjadi:
"inget kn, klo ud berantem n nangis2 aku pasti sakit"
"ini aku ud semingguan didiemin sama ***"
"ga ada kabar"
"tau2 ngilang aja, dicuekin"
" pernah dy ngangkat (telp) soalnya ga kenal nomernya"
"abis itu ga mw angkat lg"
.
.
.
"aku bingung"
"no explanation"
Dan untuk beribu-ribu kalinya pula, aku hanya berkomentar tentang masalah ikhlas, merelakan, dan pasrah:
"iya, ngerti"
"km baru 22 tauuun, masi bisa kenal banyak orang"
Seperti yang sudah kuduga, dia jawab:
"mas. i just cant."
Aku bilang:
"cant what?"
Dia:
"cant go"
"cant leave"
Sayangnya dia keburu pamitan sebelum aku sempat bilang "semoga cepet sembuh".
Kadang aku ngga bisa mengerti. Saat dia ucapkan kalimat pertama, "aku sakit lagi", aku langsung kepikiran. Dia cewe, baru sekitar 22 tahun, bekerja, hidup di perantauan, sendirian, dan sakit. Bahkan aku yang bukan siapa-siapa pun merasa cemas, khawatir akan keadaannya. Bagaimana bisa orang yang katanya sayang, ternyata lebih memilih nyuekin, membiarkan dia sendirian, dalam keadaan sakit! Bahkan saat sedang marah pun ia tak pantas melakukan itu.
Dan keadaan itu diperparah dengan kata-kata terakhir si cewe, "cant go", "cant leave". Setengah hatiku bilang "hey! go back to reality!!" (dan setengahnya lagi bilang "yess, aku dapat teman senasib!" LOL)
Saat itu juga aku ingat satu cerita (plus lirik lagu) dari Rectoverso (lagi? haha, dah kaya promosi aja). Liriknya kira2 gini:
sahabatku, usai tawa ini izinkan aku bercerita
telah jauh ku mendaki
sesak udara di atas puncak khayalan
jangan sampai kau disana
telah jauh ku terjatuh
pedihnya luka di dasar jurang kecewa
dan sampailah ku disini
dst dst dst
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya
kala ku terbaring sakit
dst dst dst
jangan bilang lagi itu terlalu tinggi..
Dan ceritanya kira-kira mirip dengan si cewe di atas:
Seorang cewek, rada idealis masalah lope-lope, sudah 5 tahun jadian sama seorang cowok tampan, pintar, dan punya segalanya kecuali satu: perhatian. Ya, tak ada perhatian, tak pernah ada saat si cewe butuh. Dan selama 5 tahun pula si cewe berusaha bertahan dan berkata macem "cant go" dan "cant leave" tadi. Si cewe selalu berusaha positive thinking, berpikir betapa beruntung punya cowo lengkap seperti itu. Seolah-olah buta, padahal jelas-jelas si cowo parah abis.
Sampai suatu hari, ada satu kejadian yang membuat dia melek.
Suatu hari cewek ini sakit. Sendirian, terbaring sakit di kamarnya. Ia merasa sangat haus dan ingin mengambil segelas air. Tapi tubuhnya lemas, terlalu lemas
untuk bangun, padahal ia hanya ingin mengambil air minum.
Dan tak ada siapa-siapa yang bisa dimintai tolong..
Saat itu seketika ia menyadari. Dia tak butuh cowo itu. Yang ia butuhkan adalah seseorang di sana, dengan segelas air putih. Orang yang selalu ada saat ia terbaring sakit.
Akhirnya ia sadar, orang ia inginkan adalah seorang yang biasa saja. Yang nggak perlu punya segalanya. Hanya seseorang yang begitu tahu ia sakit, mau jam berapapun, langsung datang..
Aku suka pertanyaan si cewe di cerita itu: "keinginan itu, nggak ketinggian, kan?"
Yah, memang terlalu naif kalo menganalogikan curcol ym tadi dengan cerita ini. Tapi setidaknya cerita itu cukup bagus buat bahan pertimbangan (dan menambah keberanian) utuk bilang "I can go" dan "I can leave"..
Fyuhh, nothing, emang gampang banget nasihatin kalo orang lain yang kena masalah. Padahal aslinya gue juga sama aja, yang kubutuhkan tuh cuman segelas air putih, itu aja, bukan secangkir kopi panas yang bikin ga bisa tidur, ergh..
Tuesday, February 23, 2010
12:06 AM
klo trnyt yg menyebabkan si cewek itu blg "I cant go" karna suatu sebab, gmn?
ReplyDeletekarna biasanya seseorang itu jika kehilangan "sesuatu" dan "sesuatu" itu dianggap sangat berharga pasti menuntut orang yg mengambilnya itu untuk bertanggung jawab...
U know what I mean lah....
ada satu temen dari temen kita, mgkn km gk kenal...tp dia adek angkatan kita
dia gk bs ninggalin cowoknya karna "kehilangan sesuatu" itu td...
kasian jg ngeliatnya..karna klo aku tanya,,sbnrnya cewek itu udah gk cinta lg sama cowoknya yg skrg...nah lo!!
tp dia berusaha mempertahankan hubungannya...
kadang emang posisi cewek lbh tdk enak drpd posisi cowok...
WOOOW~!!!
ReplyDeletenice post!
like this!
tumben nulis yang bagus gini Rei? :P
boleh minta ijin share? :D
@ Aday,
ReplyDeletekalo kasusnya gitu, solusinya ini aja kali ya, hehehehhe.. 100% becanda :p
Yah, jangan sampe gara-gara kesalahan yang udah lewat malah bikin kesalahan baru :D
@Parus
hehe, makasih, silakan di-share.. (apa maksudnya TUMBEN?!)
satu kata Rei.. wanita!!
ReplyDeletegajah di depan mata g keliatan, semut di sebrang malah keliatan..
otaknya jarang dipake kali yah. tp yg jelas, emg cara pandang cewek sm cowok beda sih Rei ^^
sekedar komen pendukung buat galih
ReplyDeletecoba kita ambil koin, dekatkan ke mata kita...
pasti kita gk akan bisa melihat angka di koin itu..
setelah koin agak dijauhkan, mulai terlihat tulisan atau angka yg ada di koin itu..
begitu kira2 perumpamaan cinta..
klo deket,gk kliatan jeleknya...
stlh jauh, wuaaah bisa jd musuh nmr 1...