Day 3: Widodaren
Hari ini pagi-pagi sekali kami telah berada di kantor desa, untuk menghadiri rapat desa. Kebetulan hari ini akan diadakan rapat di kantor desa, jadi kami memanfaatkan kesempatan ini untuk berkenalan dengan perangkat-perangkat desa sekaligus mempresentasikan untuk apa kami di sini. Misi kami memperkenalkan PBA pada mereka, dan semoga saja para petinggi desa yang ada meresponsnya dengan baik. Nggak terlalu buruk sih, tanggapan mereka, mereka berjanji akan membantu sebaik mungkin. Satu kabar menggembirakan bagi kami ialah mereka berjanji untuk menyediakan data-data Warga Belajar (WB) dari masing-masing dusun, sekaligus memastikan peserta belajar, jadi kami nggak perlu susah payah door to door mencari WB, yang masing-masing dari kami dibebankan untuk mencari 15 orang WB plus 2 tutor pengajar. Baguslah, pikirku. Jadi jadwal minggu pertama selesai sampai di sini. Jadwal minggu pertama dari LPPM tuh ya mencari WB di seluruh pelosok desa.
Sorenya kami berkeliling desa, mengunjungi masing-masing dusun tempat kami akan mengajar. Kami ingin menentukan tempat kami akan belajar nantinya.
Desa Widodaren sendiri terdiri dari empat buah dusun, yaitu Kedung Prahu, tempat kami tinngal, Widodaren Kidul, Widodaren Lor, dan Bulung. Meskipun terletak dalam satu desa, masing-masing dusun ini terletak berjauhan, terpisahkan oleh hutan ataupun wilayah desa lain. Bulung, misalnya. Dusun ini merupakan salah satu dusun terisolir di kawasan Widodaren. Letaknya di tengah-tengah hutan jati. Kemudian Widodaren Lor, mirip dengan Bulung, namun letaknya masih lebih terjangkau peradaban, karena masih terletak di pinggir hutan. Sementara di Widodaren Kidul, ada sebuah daerah terisolir hutan juga, bernama Bulak Ombo. Di sinilah kami akan mengajar. Semakin kami berkeliling, semakin kami bersemangat untuk segera menjalankan program PBA. Kenapa kami merasa begitu bersemangat, itu karena keadaan desa yang begitu menantang. Baik oleh jarak, lokasi, maupun lingkungan yang begitu berbeda dengan Jogja. Begitu alami, begitu membumi, begitu kembali ke alam. Yup, aku suka hal-hal seperti ini. Nggak tertahan rasanya ingin segera memulai kegiatan kami di desa ini.
Sorenya kami berkeliling desa, mengunjungi masing-masing dusun tempat kami akan mengajar. Kami ingin menentukan tempat kami akan belajar nantinya.
Desa Widodaren sendiri terdiri dari empat buah dusun, yaitu Kedung Prahu, tempat kami tinngal, Widodaren Kidul, Widodaren Lor, dan Bulung. Meskipun terletak dalam satu desa, masing-masing dusun ini terletak berjauhan, terpisahkan oleh hutan ataupun wilayah desa lain. Bulung, misalnya. Dusun ini merupakan salah satu dusun terisolir di kawasan Widodaren. Letaknya di tengah-tengah hutan jati. Kemudian Widodaren Lor, mirip dengan Bulung, namun letaknya masih lebih terjangkau peradaban, karena masih terletak di pinggir hutan. Sementara di Widodaren Kidul, ada sebuah daerah terisolir hutan juga, bernama Bulak Ombo. Di sinilah kami akan mengajar. Semakin kami berkeliling, semakin kami bersemangat untuk segera menjalankan program PBA. Kenapa kami merasa begitu bersemangat, itu karena keadaan desa yang begitu menantang. Baik oleh jarak, lokasi, maupun lingkungan yang begitu berbeda dengan Jogja. Begitu alami, begitu membumi, begitu kembali ke alam. Yup, aku suka hal-hal seperti ini. Nggak tertahan rasanya ingin segera memulai kegiatan kami di desa ini.
Friday, July 6, 2007
11:30 PM
Post a Comment