Versi Rapi
Day 33: Hari Yang Cerah
Hari ini kami akan mengadakan latihan sepak bola lagi, untuk yang terakhir kalinya. Besok lomba kecamatan sudah mulai, dan hari ini rencananya kami akan main untuk yang terakhir kali, anak-anak SD gabung anak-anak sub unit kami. Lucu, main bola bareng anak SD, maklum fisiknya beda jauh, jadi kami para mahasiswa nggak begitu serius makai fisik. Baru beberapa saat berjalan, kami anak-anak mahasiswa udah K.O., kalah oleh panasnya matahari pagi. Akhirnya kami cuman duduk-duduk aja nonton anak SD main, sambil jajan cilok sama es kelapa. Bodohnya, sehabis jajan kami baru sadar kalo nggak ada seorangpun dari kami yang bawa dompet. Ada sih, Mun2, tapi duitnya cuman duit pecahan 100ribuan. Gile aje, jajan cilok pake duit gede gitu. Ga ada kembalian, akhirnya dengan sedikit malu kami ngutang dulu. Untungnya bapak dagang cilok tuh sering mangkal di SD, jadi nggak khawatir nggak akan ketemu lagi buat bayar.Pulang dari lapangan iseng-iseng kami pulang lewat hutan. Sebenarnya kalo jalan lewat luar kami harus memutar keluar ke jalan untuk sampai ke rumah. Tapi kalo lewat hutan kami tinggal lurus dan nyeberang sungai untuk sampai di gang belakang rumah. Perjalanan kecil kami menyusuri hutan lumayan menyenangkan, dipandu oleh anak-anak SD. Ada Wasis, Tomy, dan beberapa anak SD lain yang kebetulan tinggalnya nggak jauh-jauh dari tempat kami tinggal. Dimulai deh perjalanan melewati hutan jati dan semak-semak kebun singkong. Untungnya pagi itu sungai sedang kering. Maklum hujan belum turun sejak kami di sini, jadi kami bisa dengan leluasa menyusuri sungai yang kering. Asik juga pagi-pagi menikmati udara segar sambil melintasi sudut desa yang belum terjamah polusi. Damai suasana yang tercipta, ingin deh rasanya terus hidup begini, tanpa harus kembali ke Jogja,hehe..Sempat terucap rencana untuk mancing bareng anak-anak SD, sayangnya sampai KKN berakhir rencana itu nggak sempat terlaksana.

Masih dengan suasana sedamai paginya, siang itu kami berkunjung ke rumah Bu Surani, salah satu WB kami di Widodaren Lor. Sebenarnya sudah lama kami diundang main ke rumahnya, tapi baru kali ini kami benar-benar bisa merealisasikannya. Rumah Bu Surani berada di ujung Dusun Widodaren Lor, persis di pinggir sungai bengawan solo. Dengan lingkungan yang masih begitu desa, rumah itu berdiri dihiasi oleh kebun-kebun kecil lengkap dengan tanaman-tanaman bumbu dan buah-buahan.Persis dengan kehidupan di desa, Bu Surani memanfaatkan kebun-kebun kecil miliknya untuk kehidupan sehari-harinya.

Yang paling menarik, diantara tanaman-tanaman itu, berlarian kelinci-kelinci lucu milik Bu Surani, melengkapi suasana alami yang tercipta. Ternyata Bu Surani juga beternak kelinci di rumahnya. Kelinci-kelinci itu dibiarkan bebas bekeliaran di seluruh sudut rumahnya, sambil sesekali bersembunyi masuk ke belakang rumah. Saat itu sih sekitar 30an ekor yang terlihat, tapi kata Bu Surani, kalo lagi musim kawin, nggak tanggung-tanggung, 200 ekor kelinci bisa memenuhi pekarangan rumahnya!! Waw, jadi ingin lihat 200 ekor kelinci memenuhi halaman rumah itu. Jadi iri nih, dengan kehidupan yang begitu sederhana, Bu Surani dan keluarganya terlihat begitu bahagia, begitu menikmati hidup. Bagaikan dalam cerita-cerita dongeng.

Hari itu kupelajari satu hal dengan baik. Terungkap dengan jelas bahwa kadar kebahagiaan tuh nggak bisa diukur dari harta dan materi. Bagaimana kita bisa menikmati hidup sesuai dengan cara kita, dengan kebersamaan, nampakanya disitulah inti kebahagiaan yang sebenarnya.
Sunday, August 5, 2007
No comments :

Post a Comment