Versi Rapi
Day 5: Go To Serambang!!


Pagi ini begitu dingin terasa. Udara gunung yang menusuk tulang menyambut saat aku terduduk sendiri di halaman rumah Danang. Entah kenapa udara seperti ini selalu membawa perasaan sepi ke benakku. Saat itu baru saja memasuki pukul setengah enam pagi. Anak-anak masih tertidur dengan nyamannya di dalam rumah. Aku bangun paling awal, dan mencoba untuk menikmati suasana damai yang tercipta dengan berjalan-jalan sendirian di pekarangan rumah. Aku terduduk di halaman dengan tubuh menggigil kedinginan. Walau tubuh terbungkus jaket merahku, tetap saja tiupan angin yang derasa membuat badan menjadi gemetaran. Huh, jadi teringat akan seseorang, nun jauh di sana. Dan aku mulai berkhayal, seandainya saat ini aku nggak duduk sendiri di sini. Seandainya dia duduk menemani di hadapanku, mungkin udara terasa hangat karenanya. Mungkin tiupan angin dingin ini akan terasa nyaman oleh kehadirannya.

Tapi kesepian itu nggak terasa begitu lama, karena anak-anak segera terbangun dan suasana sudah mulai ribut di dalam rumah. Saling ejek, saling komentar. Tentang makanan lah, tentang mandi yang lama lah, pokoknya ada aja yang kami ributkan. Hehe, jadi terasa seperti di tengah-tengah keluarga sendiri dehh..Tanpa buang-buang waktu kami segera mandi dan sarapan, agar bisa segera berangkat ke air terjun sepagi mungkin.Akhirnya, antre mandi selesai, sarapan selesai. Segera kami berangkat menuju Serambang, wisata air terjun di dekat tempatnya Danang.

Nggak begitu jauh dari rumah Danang, cuma sekitar 5 km ke atas. Yup, Serambang tuh terletak tepat di kaki gunung Lawu, di ujung jalan raya Jogorogo. Pemandangan di Serambang begitu indah. Seperti suasana di kaki-kaki gunung pada umumnya, udara di sana begitu sejuk dan nyaman. Pepohonan terlihat begitu hijau. Terik matahari pagi justru terasa nyaman menghangatkan tubuh. Untuk mencapai air terjun kami harus berjalan kaki sekitar 3 km dari tempat kami memarkir motor. Dengan medan yang naik turun, 3 km berjalan kaki terasa lumayan panjang, namun karena kami berjalan sambil ribut-ribut, rasa lelah seolah-olah hilang terlupakan oleh canda tawa kami. Sekilas perjalanan kami ini mengingatkanku pada suasana di Tosari, Bromo, waktu Aku, Galih, Amek en Ekgik main-main ke sana Februari lalu. Jalan-jalan yang sempit melintasi hutan pinus, yang sesekali dilintasi oleh aliran-aliran air yang memotong jalan, menuruni tebing. Begitu alami, begitu indah terasa. Sempat kami berhenti sejenak untuk berfoto-foto di tiap aliran sungai yang kami temui. Sayangnya, seperti biasa aku nggak banyak menyita tempat di foto-foto kami, karena aku lebih sering mengambil gambar. Yah, aku memang selalu jadi juru foto di tiap jalan-jalan yang aku lalui. Bagiku mengambil gambar dengan mendapatkan hasil yang baik tuh jauh lebih menyenangkan daripada sekedar berpose di depan lensa. Sayangnya, tentu saja hasil foto-foto kami kurasa kurang maksimal, karena aku memang nggak memakai kameraku sendiri. Senjataku yang satu itu rusak tepat beberapa hari sebelum mulai KKN.

Apa yang membuat air terjun Serambang ini begitu spesial adalah karena alam di sana masih benar-benar asli, belum terjamah oleh kutukan yang bernama peradaban. Untuk mencapai air terjun, jalan satu-satunya hanyalah dengan menyusuri sungai yang berhulu dari air terjun itu. Nggak gampang menyusuri sungai itu. Kami harus berjalan melompat-lompat menyusur semak-semak dan memanjati batu-batu yang tingginya sebadan kami. Diapit oleh tebing, sungai menjadi begitu gelap, karena sinar mentari pagi terhalang oleh dinding-dinding batu. Hanya beberapa cercah sinar yang menerangi dari sela-sela dedaunan di atas tebing. Di bawah dua tebing itulah kami berjalan, berharap segera menemukan air terjun yang sama sekali nggak terlihat tertutupi tebing.Nggak sia-sia perjalanan kami menyusuri sungai, karena ternyata di ujung sungai kami benar-benar menemui pemandangan yang mengagumkan. Sosok air terjun di keremangan hutan yang mengalir deras di atas kepala kami, membentur telaga yang terbentuk di bawahnya.Seperti biasa, awalnya nggak seorangpun dari kami mau mandi-mandi di telaga kecil yang terletak tepat di bawah air terjun. Tapi begitu aku dan Danang melompat masuk ke telaga yang ternyata lumayan dalam itu, tanpa menunggu lagi cowok-cowok yang lain berebut untuk menyusul terjun. Bersesak-sesak kami berkubang di telaga yang dalamnya kira-kira sedikit lebih dalam dari daguku, sambil berpogo dan saling dorong. Benar-benar nggak akan terlupakan deh, momen-momen di bawah guyuran air tejun itu. Seolah-olah nggak peduli dengan guyuran air terjun yang begitu deras jatuh di atas kepala, kami berfoto-foto di bawah sana, sambil sesekali melompat dan menyelam, itupun dengan pakaian lengkap. Air yang dinginnya minta ampun bukan halangan bagi kami untuk bersenang-senang.Sorenya kami turun gunung ke Widodaren lagi, setelah sejenak beristirahat en tidur siang di tempat Danang. Lumayan keburu waktu, soalnya kami nggak ingin terbawa suasana dan melupakan PBA yang kami tinggalkan. Mana Fuad dan Tyas pake acara tersesat segala, lagi. Gara-gara kejadian tersesat yang konyol itu akhirnya sejak saat itu si Tyas jadi juru tersesat di unit kami. Pokoknya, siapa yang membonceng dia musti hati-hati akan kemungkinan tersesat. Hehe, salah satu dari sekian banyak lelucon konyol yang cuma kami yang bisa mengerti. Di Jogorogo, aku dan Vivi berpisah dari rombongan. Aku musti nganter Vivi pulang ke rumahnya di Geneng, melenceng 20 km dari jalan menuju Widodaren. Sementara yang lain langsung pulang ke Widodaren.

Well, malamnya begitu sampai di Widodaren lagi, kami semua langsung tepar kelelahan. Maklum, dua hari liburan yang begitu melelahkan. Sempat terlintas di pikiran, akankah hari-hari KKN selalu semenyenangkan ini. Jadi teringat apa yang Mas Pur ceritakan, KKN itu isinya tiga hal: kerja, konflik, dan cinlok. Huh, ternyata sampai saat ini belum kami temukan 3 hal di atas. Soal kerja, katanya sih KKN tuh paling sibuk di minggu pertama dan terakhir, hari-hari lainnya tidur en makan. Ternyata, sampai saat ini belum terbukti tuh, malah minggu pertama kami cuman diisi dengan liburan dan mengakrabkan diri. Yah, mudah-mudahan hal nomer dua, yaitu konflik, nggak kami temui deh. Tapi siapa sih yang tahu, KKN kan masih panjang..O ya, di K-3, alias laporan kegiatan, kami sepakat, hari ini dan kemarin kami isi dengan OBSERVASI LAPANGAN, biar lppm atau dpl nggak sirik gara-gara kami cuti bersama di minggu pertama ^_^ ..
Sunday, July 8, 2007
No comments :

Post a Comment