Versi Rapi
Day 1
Pagi-pagi buta, aku udah musti bangun buat siap-siap. Jam setengah lima pagi aku sudah musti berada di depan kantor LPPM untuk mengikuti keberangkatan. Setelah beresin kamar en mengepak barang yang tersisa akhirnya dimulai deh perjalanan 2 bulan yang disebut KKN itu.Saat itu pukul setengah lima pagi, dan aku sudah menggigil kedinginan di depan gedung LPPM sambil menunggu peserta lain yang ternyata belum ada yang datang. "Huh, setengah lima apanya?!"pikirku. Seperti biasa, nampaknya orang-orang belum dapat mengerti arti tepat waktu secara benar.Berbagai perasaan berkecamuk dalam kepalaku. Senang, sedih, kuatir, bercampur menjadi satu. Gimana yah, dua bulan KKN?Gimana yah, kehidupan di sana? We'll see.

Pagi yang sedikit menyebalkan, karena harus berangkat tanpa ada yang mengantarkan. Maklum sih, aku kan berangkat pagi buta, jadi mana ada yang nganter. Paling-paling malam sebelumnya wave goodbye sama anak-anak di kos. O ya, sempat kulihat si Ekgik lagi sibuk ngurusin barang-barang di depan LPPM. Dia juga sama, pagi ini berangkat KKN, di Ponorogo. Nggak kusamperin sih, cuman sedikit melambaikan tangan ke arahnya. Terus, ketemu juga sama Kak Bety, yang lagi nganterin temennya,Ayu. Ayu tuh satu bus sama aku, cuman dia ngendonnya bakal di Kediri, bukannya di Ngawi. By the way, aku baru tahu kalo Kak Bety tuh asal Ngawi, Ngrambe tepatnya, sebelah selatannya Widodaren tempatku akan tinggal. Untung deh ketemu Kak Bety, jadi ada temen buat ketawa-ketawa, sambil nunggu bus berangkat.

- WIDODAREN -
Akhirnya sekitar setengah enam kami berangkat juga. Di bus, hampir sepanjang perjalanan aku tidur, nggak kuat nahan kantuk gara-gara semalam kurang tidur. Malam sebelumnya tidurku cuman sekitar tiga jam, gara-gara musti ngepak barang-barang di kamar sama Ekgik, biar begitu balik dari KKN, langsung bisa pindah dari kosan, jadi pas cabut dari neraka itu nggak begitu repot karena barang-barang semua sudah dipak.Kesan pertama yang kudapat tentang Widodaren, Ngawi, adalah bahwa ternyata tempat itu nggak seterbelakang yang kubayangkan, dan bahwa aku nggak begitu yakin juga bahwa masih banyak warga buta huruf di sini. Padahal, tau sendiri kan, tema KKNku adalah Pemberantasan Buta Aksara (PBA), dimana tiap-tiap orang dalam unitku harus mendapatkan minimal 15 orang warga buta aksara untuk diajar. Huh, bakal kerja keras nih untuk mendapatkannya.Hari pertama kami di Widodaren diisi dengan menunggu, dan menunggu. Menunggu semuanya beres, menunggu kepastian pemondokan. Gimana enggak, saat itu kami bahkan belum dapat kepastian dimana kami musti tinggal. Walau akhirnya masalah pemondokan beres, bukan berarti hari itu kerjaan sudah selesai. Kami masih harus mengangkut barang-barnag yang banyaknya satu truk penuh. Setengah lima sore, pekerjaan mengangkut barang baru kelar. Selesai mengangkut barang, acara selanjutnya adalah makan siang pertama di tempat KKN.

- AIR PUTIH -
Satu momen yang bersejarah bagi kami unit 128, selain karena makan siang pertama ini adalah satu dari sedikit momen dimana kami bisa berkumpul secara lengkap satu unit yang terdiri dari 17 orang, juga karena momen inilah yang secara resmi membuka hari-hari penuh kenangan kami di tempat itu. Disinilah kami memulai pendekatan secara personal satu sama lain, yang membuka persahabatan tanpa akhir ini. Kalau ada yang bertanya tentang momen yang paling berkesan pada salah satu dari kami, tentu saja kami akan menjawab "Toya Pethak (Air Putih)". Kenapa disebut momen toya pethak tuh ceritanya, waktu pesen makanan, ribetnya minta ampun, gara-gara bingung mengatur pesanan untuk 17 orang. Akhirnya, waktu tiba giliran memesan minuman, entah ide siapa awalnya, langsung saja kami ngomong, "Air putih,17!". Yah, lucu aja, di rumah makan besar, dengan menu spesial, minumnya cuman segelas air putih. Akhirnya momen toya pethak ini teringat terus setiap kami berkumpul dan makan bareng. En, ada rencana pas penarikan nanti kita mengulangi momen spesial ini, makan besar dengan minum air putih. Hehe..

- RUMAH -
Pertama kali sampai di rumah Widodaren, kami sub unit Widodaren langsung disambut oleh Pak Parno, purnawirawan polisi pemilik rumah. Kesan pertama yang kudapat tentang PAk Parno, yang nantinya kupanggil Bapak, adalah bahwa bapak yang satu ini pasti galak, melihat badannya yang kekar. Namun, ternyata lima menit kemudia aku berubah pikiran melihat bagaimana ramahnya Bapak dan istrinya, Ibu Sri Asih.Bahkan aku dianggapnya mirip Mas Bayu, putra bungsu mereka yang sudah keluar dari rumah. Jadi tersa seperti berada di tengah-tengah keluarga yang sudah lama saling kenal, padahal satu jam pun belum terlewati sejak pertama kami bertemu.

-Kebakaran-
Momen lain yang teringat adalah tentang kebakaran di desa. Ada dua kejadian kebakaran di desa yang membuka dan menutup KKN kami. Malam pertama di rumah, ketika kami ngobrol-ngobrol di teras rumah bersama bapak dan ibu, tiba-tiba listrik mati. Aneh, kata ibu, mengingat di sana listrik jarang banget mati. Dan, tiba-tiba Subha, yang dari sore pergi ke kelurahan, sms bahwa di Gendingan ada kebakaran. Bergegas aku, berdua besama Mun2, ambil motor dan melesat ke desa Gendingan. Benar saja, jalanan sudah penuh sesak oleh orang-orang, baik pejalan kaki maupun motor-motor yang berhenti. Dari kejauhan kami berdua melihat kobaran api besar sedang menghancurkan sebuah rumah kayu. Karena motor sudah tidak bisa lagi maju, aku turun dari motor dan mendekat menuju kobaran api sambil membawa HP nya Mun2 untuk merekam. Aku merangsek ke bagian terdepan penonton hingga dapat dengan jelas kurasakan panasnya api yang sedang menyala. Tepat di depanku api sedang melalap seluruh bagian rumah hingga ludes, dan aku bersama orang-orang hanya bisa melihat, tanpa bisa melakukan apa-apa. Hanya berharap, tidak ada korban jiwa berjatuhan, dan api tidak merembet ke rumah-rumah lain.Kebakaran lain terjadi di malam terakhir kami KKN. Seakan mengimbangi kebakaran di malam pertama KKN, kebakaran ini menutup hari terakhir kami di Widodaren. Kebakaran ini menghancurkan kantor desa Banyu Biru, beserta seluruh isinya. Lain kali akan kuceritakan detailnya.

Begitulah, hari pertama KKN kami yang penuh kesan, mengawali hari-hari indah yang akan kami lewati selama dua bulan penuh di sebuah desa bernama Widodaren.
Wednesday, July 4, 2007
No comments :

Post a Comment